Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Ketika Cinta Bertasbih / Habiburrahman El Shirazy
halaman 20,5 x 13,5 cm,
Ketka Cinta Bertasbih 813
ISBN
Hak Cipta 0 Habiburrahman El Shirazy Cetakan ke-1, Nopember 2007
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Editor : Ahmad Mujib El Shirazy, Abdul Basith El Qudsy
Desain Sampul dan Isi : Abdul Basith El Qudsy
Percetakan : Tamaprinter
PAGI BERTASBIH DI DESA WANGEN
Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masilh kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumf. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. la tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja.
Sejak kecil Abahnya sudah sering membangunkannya jam tiga pagi. Abah menggendong dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang gemintang, dan bulan yang sedemikian fitri.
"Di atas
"Jutaan malaikat itu mendoakan penduduk bumi yang tidak lalai. Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai." Sambung Abah sambil membawanya ke masjid pesantren.
Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, Abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar dem i kamar sambil berkata, "shalat, shalat, shalat!" Setelah semua kamar diketuk, sang Abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat.
Setelah shalat sebelas rakaat Abah mengajaknya berdoa. "Ayo Nduk, kita berdoa biar diamini jutaan malaikat."
Dan tatkala fajar merekah kemerahan di sebelah timur, Abah bertasbih dan mengajaknya menikmati keindahan yang menggetarkan itu. Lalu dengan menggendongnya kembali, Abah mengajaknya keliling pesantren untuk kedua kalinya. Kali ini Abah membangunkan para santri dengan suara lebih keras, dengan nada sedikit berbeda,
"Subuh, subuh, shalat! Subuh, subuh, shalat!" Lalu azan subuh berkumandang.
Azan subuh selalu menggetarkan kalbunya. Alam seperti bersahut-sahutan mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Setiap kali fajar itu merekah ia rasakan nuansanya tak pernah sama. Setiap kali merekah selalu ada semburat yang baru.
dengan sempurna oleh syaraf-syarafjiwa orang-orang yang tidak lalai akan keagungan Tuhannya.
Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Azan subuh selalu menggetarkan kalbunya. Dan fajar yang merekah selalu mengalirkan kedalam hatinya rasa takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya.
Anna berdiri di depan jendela kamarnya yang ia buka lebar-lebar. Ia memandangi langit. Menikmati fajar. Dan menghayati tasbih alam desa Wangen pagi itu. Dengan dibalut mukena putihnya ia menikmati keindahannya dari jendela kamarnya. Ia hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang sama dengan aroma yang ia rasakan saat ia kecil dulu. Tidak jauh berbeda. Aroma daun padi dari persawahan di barat desa. Goresan yang indah bernuansa surgawi. Angin pagi yang mengalir sejuk menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang.
Ingin tahu lanjutan cerita ini. Anda bisa beli novelnya di toko buku terdekat di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar