Cari Blog Ini

Selasa, 14 November 2017

Bonus Demografi : Akan Menjadi Peluang atau Bencana di Indonesia?

Oleh : Sari Ayutyas SST

Indonesia telah mengalami transisi demografi. Hal ini terindikasi dari hasil sensus penduduk tahun 2000 yang memberikan fakta keberhasilan program KB secara signifikan. Hasil SP2000 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di bawah 15 tahun tidak bertambah dari jumlah sekitar 60 juta di tahun 1970-1980an menjadi sekitar 63-65 juta saja. Berbeda halnya dengan penduduk usia 15-64 tahun yang pada  tahun 1970 berjumlah sekitar 63-65 juta berkembang dua kali lipat pada tahun 2000 menjadi sekitar 133-135 juta. Fakta yang serupa juga ditunjukkan oleh hasil SP2010, penduduk usia 15-16 tahun pada tahun 2010 mencapai 157 juta jiwa meningkat sekitar 16 persen dari tahun 2000. Usia porduktif ini mendominasi 66 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010. Adapaun transisi demografi yang ditandai dengan kenaikan dua kali lipat jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), penundaan pertumbuhan penduduk usia muda (di bawah 15 tahun ) dan semakin sedikit jumlah penduduk usia tua (di atas 64 tahun) sebagaimana yang terlihat dari dua hasil Sensus Penduduk tersebut biasa dikenal sebagai Bonus Demografi (Demographic Devident).
Kondisi ini juga lazim disebut Jendela Kesempatan (Windows Of Oppurtunity) bagi suatu negara untuk melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri manufaktur, infrastruktur, maupun UKM karena berlimpahnya jumlah angkatan kerja. Banyak negara menjadi kaya karena berhasil memanfaatkan jendela peluang bonus demografinya untuk meningkatkan pendapatan per kapita negara.
Bagaimana Indonesia memaknai dan memanfaatkan Bonus Demografi yang ada? Jika melihat fakta yang ada, Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak “bonus demografi” tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 pada gelombang pertama dan 2020-2030 pada gelombang bonus demografi kedua, artinya komposisi jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal dibandingkan dengan penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Bonus demografi yang terjadi di Indonesia memberikan makna bahwa terdapat kenaikan jumlah angkatan kerja yang potensial. Namun perlu ditegaskan bahwa bonus demografi tidak memberikan dampak signifikan jika negara minim melakukan investasi sumber daya alam (human capital investment). Bonus demografi bisa berubah menjadi gelombang pengangguran massal dan semakin menambah beban anggaran negara. Keberhasilan dalam memanfaatkan jendela peluang ini  tergantung bagaimana pemerintah Indonesia dapat mensinergikan bonus demografi yang diperoleh untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Sebentar lagi BPS akan melakukan SP2020, bagaimana perkembangan bonus demografi? Kita nantikan hasil SP2020.

Sumber : Intern BPS


Posting by Mohammad Nurdin

Minggu, 12 November 2017

Brexit Selesai, Ekonomi Brebes Melambat


Oleh : Mohammad Nurdin
Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kab. Brebes

Tahun 2015 perekonomian brebes tumbuh sangat tinggi hampir 6 persen. Namun pada tahun 2016 perekonomian Brebes hanya mampu tumbuh di bawah 5 persen. Dalam istilah ekonomi makro berarti ini terjadi perlambatan. Lalu kira-kira apa yang membuat hal ini terjadi? Kita akan coba urai benang kusut ini satu per satu.

Apa itu Enterprise Architecture?

Belum lama saya diminta untuk mengisi daring survei di instansi saya, BPS tentang Enterprise Architecture. Lalu saya cari tahu apa itu Enterprise Architecture. Berikut penjelasan Enterprise Architecture oleh ramadhantriyanto dalam blognya :   

Enterprise Architecture adalah proses menerjemahkan visi dan strategi suatu bisnis ke perubahan yang lebih efektif dengan cara membuat, mengomunikasikan, dan meningkatkan kebutuhan kunci, prinsip dan model yang mendeskripsikan keadaan perusahaan pada masa depan dan memastikan perusahaan untuk berevolusi menjadi lebih baik (Wikipedia, 2012).

Enterprise Architecture menurut Pusat Riset Sistem Informasi di Massachusetts Institute of Technology adalah aspek yang spesifik dari bisnis suatu perusahaan:

    Enterprise Architecture adalah tentang mengorganisasikan proses bisnis dan infrastruktur teknologi informasi yang diintegrasikan dan distandarisasi tergantung kepada visi misi dan model operasional perusahaan. Model operasional adalah model yang paling cocok dengan integrasi dan standarisasi proses bisnis untuk mendistribusikan produk atau layanan perusahaan kepada konsumen

Kata Enterprise digunakan karena cakupan dari Enterprise Architecture meliputi:

    Sektor organisasi publik maupun pribadi
    Keseluruhan bisnis atau perusahaan
    Bagian dari perusahaan yang besar
    Gabungan dari beberapa perusahaan/ joint venture
    Operasi bisnis berbasis outsourcing
    Perusahaan multinasional

Tujuan dari penggunaan Enterprise Architecture dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi bisnis dari perusahaan itu sendiri. Penggunaan Enterprise Architecture ini juga termasuk inovasi dalam struktur organisasi perusahaan, integrasi proses bisnis, kualitas dan ketepatan waktu dari informasi bisnis, serta memastikan bahwa investasi untuk teknologi informasi dalam perusahaan dapat dipertanggungjawabkan.

Salah satu metode dalam menggunakan informasi untuk meningkatkan fungsional bisnis, seperti dijelaskan dalam TOGAF (dibahas di bagian berikutnya), melibatkan pengembangan suatu “Architectural Vision” yang menunjukkan sebuah “target” yang harus dicapai perusahaan di masa depan. Jika visi ini dapat dipahami dengan baik, akan lebih mudah membuat semacam “batu loncatan” yang mengilustrasikan sebuah proses perubahan dari keadaan sekarang menjadi keadaan yang ditargetkan. “Batu loncatan” ini dalam Enterprise Architecture disebut juga “transitional architecture”.

Perkembangan teknologi yang pesat baru-baru ini memberikan efek yang baik pada Enterprise Architecture. Enterprise Architecture mendefinisikan apa yang perusahaan lakukan, siapa yang menjalankan perusahaan secara individual, bagaimana fungsional perusahaan akan berjalan, dan bagaimana data-data perusahaan akan disimpan dan dimanfaatkan. Biaya investasi dan operasional teknologi informasi akan berkurang dengan manfaat yang sama, dan keakuratan dan kecepatan sistem teknologi informasi akan meningkat. Bagaimanapun, pengembangan sistem Enterprise Architecture dan perawatannya tetaplah harus dilakukan. Membangun sebuah sistem Enterprise Architecture dapat menghabiskan waktu dan biaya investasi yang tak sedikit, termasuk juga fase-fase dimana perkembangan proyek pembangunan Enterprise Architecture berjalan lambat dan membuat frustasi banyak perusahaan, dimana implementasi sistem bahkan belum terealisasi. Jika sistem ini tidak diperbaharui dan dirawat secara berkala, manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas tidak akan dicapai dengan maksimal.

sumber : https://ramadhantriyanto.wordpress.com/2012/09/27/tentang-enterprise-architecture/https://ramadhantriyanto.wordpress.com/2012/09/27/tentang-enterprise-architecture/


Posting by Mohammad Nurdin