Cari Blog Ini

Senin, 12 Maret 2012

MUHAMMAD DALAM PERJANJIAN LAMA - TUAN DAN NABI YANG DIJANJIKAN

BAB 8.TUAN DAN NABI YANG DIJANJIKAN

Kitab terakhir dari Kitab Hukum Yahudi yang resmi dalam Injil memakai nama "Malachai," yang tampaknya lebih mengarah ke nama panggilan daripada nama yang sebenarnya. Pengucapan yang benar dari nama itu ialah Malakh, yang berarti "Malaikatku" atau "Utusanku". Kata Ibrani untuk "mal’akh," seperti bahasa Arab "malak", seperti istilah dalam bahasa Yunani "anghelos" dari mana bahasa Inggris menuliskan "angel", menunjuk pada pengertian "utusan", seseorang yang disuruh dengan perintah atau berita untuk disampaikan kepada seseorang lain.

Siapakah Malakhi itu, dalam kurun waktu sejarah Yahudi yang mana dia hidup dan meramal, tidaklah diketahui baik dari buku itu sendiri ataupun dari bagian lain dari Perjanjian Lama.

Ramalan itu dimulai dengan kalimat: "The ‘missa’ of the Word of Yahweh the El of Israel by the hand of Malakhi," yang bisa diterjemahkan dengan: "The discourse of the Word of Yahweh God of Israel, by the hand of Malakhi," atau: "Tulisan tentang Firman Tuhan Allah orang Israel, oleh tangan Malakhi." Kitab itu berisi empat bab pendek.

Wahyu itu tidak ditujukan kepada raja dan pengawalnya, tetapi kepada sekelompok orang yang sudah menetap di Jeruzalem dengan Kuil dan upacara-upacara keagamaannya. Persembahan dan korban terdiri dari jenis yang tak berharga dan terburuk; domba dan ternak yang dipersembahkan di altar bukan dari yang bermutu terbaik; mereka itu binatang-binatang yang buta, lumpuh dan kurus-kurus. Zakat tidak dibayarkan, dan kalau pun dibayarkan itu terdiri dari bahan yang bermutu rendah. Juga para pendeta dengan sendirinya tidak dapat sepenuhnya mengabdikan waktu dan enerji mereka untuk melaksanakan tugas suci mereka. Karena mereka tidak bisa mengunyah daging sapi panggang dan daging kambing rebus dari persembahan yang terdiri dari binatang-binatang yang kurus, tua dan cacad. Mereka tidak dapat hidup dari zakat yang buruk atau tunjangan yang tidak mencukupi. Yahweh, seperti biasanya dengan orang-orang yang susah untuk diperbaiki ini, kini mengancam, kini menahan janji-janjinya, dan sekali sekali mengeluh.

Ramalan ini tampaknya telah diberikan oleh Nabi Malakhi pada kira-kira permulaan abad keempat sebelum Masehi, ketika orang-orang Israel juga sudah lelah terhadap Yahweh; dan biasa berkata: " Yahweh adalah sesuatu yang dibenci, dan makananNya adalah menjijikkan" (Malachi i. 12). "Dia yang melakukan kejahatan adalah baik dalam pandangan Yahweh, dan Dia merasa senang terhadapnya; atau, dimanakah Tuhan yang menghukum?" (Malachi ii. 17).

Kitab Malakhi meskipun berasal dari zaman sesudah masa yang menarik, tetapi telah ditulis dengan gaya Ibrani yang tampak baik. Untuk mengatakan misa ini, atau pidato itu, telah sampai pada kita tanpa perubahan dan masih asli, adalah (sama dengan) pengakuan atas ketidak tahuan akan bahasa. Ada beberapa kalimat yang telah dirusakkan, sehingga hampir tidak mungkin untuk mengerti arti sesungguhnya yang ingin mereka sampaikan.
Pokok pembicaraan kita dalam artikel ini ialah ramalan terkenal yang terkandung dalam Malachi iii. 1. Ramalan itu berbunyi sebagai berikut:

"Lihat, Aku menyuruh utusanKu supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu! Adon yang kamu cari itu dengan mendadak akan datang ke baitNya, dan Utusan Yang Dijanjikan yang engkau rindukan. Lihatlah, dia datang, firman Tuhan tuan rumah itu" (Malachi iii.1).

Ini adalah ramalan yang terkenal tentang Al Masih. Semua orang suci Kristen, para Romo, para Paus, para Patriarch, para Pendeta, para rahib, biarawati dan bahkan murid-murid sekolah Minggu, akan menceriterakan kepada kita bahwa utusan pertama yang disebut dalam teks itu adalah Yahya Pembaptis, dan utusan kedua itu, yang versi dalam logat asli menyebutnya "Malaikat Yang Dijanjikan", adalah Jesus Kristus!

Menentukan secara definitif tentang pokok dari ramalan ini adalah sangat penting sekali, karena gereja-gereja Kristen telah sejak semula mempercayai bahwa di dalam ramalan itu terdapat dua pribadi yang berbeda; dan penyebab dari kepercayaan yang salah ini ialah kesalahan luar biasa yang telah dibuat oleh St Matius seorang diri. Salah satu dari sifat karakteristik dari Injil Pertama – Matius – ialah menunjukkan dan membuktikan pemenuhan beberapa ucapan tertentu atau ramalan dalam Perjanjian Lama mengenai hampir setiap peristiwa dalam kehidupan Jesus Kristus. Dia terlalu tidak berhati-hati untuk melindungi dirinya dari kontradiksi, dan kurang tepat dalam kutipan-kutipannya dari Kitab-Kitab Suci Ibrani. Pastilah dia tidak begitu faham dalam literatur dalam bahasanya sendiri. Dalam artikel sebelum ini saya telah memiliki kesempatan untuk menunjukkan salah satu dari blunder atau kebodohannya tentang keledai yang dinaiki Jesus. Ini adalah hal yang paling serius yang langsung mengenai masalah otentik tidaknya dan keabsahan dari Injil. Mungkinkah bahwa Matius sendiri begitu bodoh tentang karakter sebenarnya dari ramalan Malakh, dan dengan kebodohannya memberikan atribut yang salah kepada tuannya yang tentu saja mengundang orang mempersoalkan kualitas dirinya sebagai seorang Nabi yang terilhami secara suci? Lalu apa pula yang harus kita pikirkan tentang pengarang Injil Kedua – St Markus – yang menganggap ramalan dalam Malakh-1 sebagai berasal dari Yesaya? (Markus i. 2). Dilaporkan oleh Matius (xi. 1 - 15), dan hal ini diikuti dan disalin oleh Lukas (vii. 18 - 28), bahwa Jesus telah menyatakan kepada orang banyak bahwa Yahya Pembaptis adalah "lebih dari sekedar Nabi", bahwa dialah itu "mengenai siapa telah ditulis: Lihatlah, Aku mengutus MalaikatKu sebelum engkau, dan dia akan menyiapkan jalanmu di hadapanmu;" dan bahwa "tiada seorangpun yang dikandung seorang wanita yang lebih besar daripada Yahya, tetapi yang terkecil di dalam kerajaan sorga lebih besar daripada dia." Teks dalam Malakh ini telah dikorupsi dengan jelas dan sengaja. Teks aslinya menceriterakan kepada kita bahwa Yahweh Sabaoth (Tuhan tuan rumah = God of Hosts) adalah yang berfirman dan orang-orang yang beriman adalah orang-orang kepada siapa firman itu ditujukan seperti bisa terlihat dengan mudah dalam kalimat: "yang engkau cari …. yang engkau rindukan." Tuhan berfirman: "Lihatlah, Aku mengutus UtusanKu, dan dia akan menyiapkan jalan di hadapanKu." Namun Injil telah menginterppolasi teks itu dengan menghapuskan kata ganti orang pertama tunggal, dan menyisipkan "before thee" ("sebelum engkau") (atau "thy face" ("di hadapanmu") dalam bahasa Ibrani) sebanyak dua kali. Secara umum diyakini bahwa Matius telah menulis Injil ini dalam bahasa aslinya Ibrani atau Aramiah agar dapat membuktikan kepada orang Yahudi bahwa Tuhan berfirman kepada Jesus Kristus: " Lihatlah, Aku mengutus utusanKu (malaikat) (begitulah versi Matius xi. 10) sebelum engkau, dan dia akan menyiapkan jalanmu di hadapanmu;" dan hendak menunjukkan bahwa malaikat atau utusan ini ialah Yahya Pembaptis. Selanjutnya kontras yang ada antara Nabi Yahya dan Jesus dibiarkan ada pada Jesus yang menggambarkan Yahya sebagai di atas setiap nabi dan lebih besar daripada anak laki-laki semua ibu manusia, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga – di mana Jesus adalah sang Raja – lebih besar daripada Yahya.
Saya tidak percaya sedetikpun bahwa Jesus atau siapapun dari pengikutnya telah dapat menggunakan bahasa seperti itu dengan maksud menyimpangkan Kalimat Tuhan, namun beberapa rabi yang fanatik atau seorang uskup yang bodoh telah melebur teks ini dan membuatnya sebagai ucapan Jesus yang tidak ada nabi lain akan mengucapkannya.

Gagasan tradisional bahwa Utusan yang diperintahkan untuk menyiapkan atau memperbaiki jalan sebelum "Adon" dan "Utusan Yang Dijanjikan" adalah seorang ahli ibadah yang tunduk pada yang tersebut kemudian (Adon), dan karena itu menyimpulkan bahwa ramalan itu mengenai dua pribadi yang berlainan adalah suatu karangan dari orang-orang yang bodoh tentang arti penting misi itu dan luas lingkup tugas yang dibebankan pada utusan itu. Dia tidaklah dipandang sebagai pionir atau bahkan seorang insinyur yang diangkat untuk membangun jalan dan jembatan untuk dilalui prosesi kerajaan. Karena itu marilah kita teliti subyek ini dengan lebih mendalam dan dengan cara yang berani, tidak memihak dan adil.

1. Pertama-tama kita harus mengerti dengan baik bahwa utusan itu adalah seorang manusia, seorang mahluk yang bertubuh dan berjiwa manusia, dan bahwa beliau bukan seorang malaikat atau manusia adi (superhuman). Kedua, kita harus membuka mata bijak dan penilaian kita untuk melihat bahwa beliau tidak dikirimkan untuk menyiapkan jalan sebelum Utusan lain yang disebut "Adon" dan "Utusan Yang Dijanjikan", tetapi beliau diperintahkan untuk membangun sebuah agama yang lurus, aman, dan baik. Beliau diperintahkan untuk menyingkirkan semua rintangan di jalan antara Tuhan dan mahlukNya; dan untuk mengisi semua celah dan jurang di jalan besar ini, sehingga jalan itu mulus, mudah dilalui, diterangi dengan baik, dan dilindungi dari semua bahaya. Bahasa Ibrani "u pinna derekh," berati mengatakan bahwa Utusan itu akan "meluruskan dan membersihkan penyembahan atau agama." Kata "darakh" berakar suku kata yang sama dalam bahasa Arab "daraka" berarti "berjalan, mencapai, dan memahami;" dan kata benda "derekh" berarti "jalan, jurusan, langkah" dan secara metaforikal "penyembahan / pemujaan dan agama." Kata ini dipakai dalam artian spiritual sepanjang dalam Kitab Mazmur dan Nabi-Nabi. Tentu saja utusan tinggi Tuhan ini tidak datang untuk memperbaiki atau merombak suatu cara, sebuah agama untuk kepentingan sekelompok orang Yahudi, tetapi untuk membangunkan sebuah agama yang universal dan tidak dapat berubah untuk seluruh manusia. Meskipun agama Yahudi menanamkan keyakinan tentang adanya Satu Tuhan Sejati, namun masih saja konsepsi mereka mengenai Tuhan sebagai Ketuhanan nasional bagi Israel, kerabbian mereka, upacara dan ritual korban mereka,dan kemudian ketiadaan suatu artikel keyakinan yang positif mengenai keabadian jiwa, kebangkitan orang yang telah mati, pengadilan akhir, kehidupan abadi di sorga atau neraka, dan banyak hal-hal kekurangan yang lainnya, menjadikan agama Yahudi mutlak tidak cocok dan tidak mencukupi untuk orang-orang dari berbagai bahasa, suku bangsa, pasangan, temperamen dan kebiasaan yang berbeda-beda. Sedang agama Kristen, dengan tujuh sakramennya yang tidak berarti apapun, keyakinan pada dosa asal, keyakinan pada inkarnasi suatu tuhan – yang tidak dikenal oleh semua literatur keagamaan dan mitologi sebelumnya – dan keyakinan dalam ketritunggalan dari tiga pribadi tuhan, dan akhirnya karena agama Kristen tidak memiliki sebaris pun tulisan (in scripto) dari yang dianggap sebagai pendirinya, Jesus Kristus, tidaklah memberikan kebaikan apapun kepada ummat manusia. Sebaliknya, agama Kristen telah menyebabkan perpecahan dan sekte-sekte, yang semuanya diwarnai dengan rasa benci yang pahit dan dengki satu terhadap lainnya.

Maka Utusan itu telah diperintahkan untuk menyatakan kedua agama terdahulu itu (Yahudi dan Kristen) sebagai tidak lagi berlaku dan membangunkan (kembali) agama kuno dari Nabi Ibrahim dan Ismail dan Nabi-Nabi lainnya, dengan prinsip-prinsip baru untuk semua manusia. Agama ini menjadi jalan terpendek untuk "mencapai" Tuhan; agama yang tersederhana untuk menyembahNya, dan Keyakinan yang paling aman untuk tetap murni dan tidak tercemari dengan takhayul dan dogma-dogma bodoh. Utusan itu diperintahkan untuk menyiapkan sebuah jalan, sebuah agama yang akan memimpin barang siapa yang ingin mempercayai dan mencintai Tuhan Yang Satu tanpa memerlukan bantuan pimpinan dari ratusan penunjuk jalan dan mereka yang berpura-pura sebagai penunjuk jalan yang telah mengangkat dirinya sendiri. Dan di atas segalanya, Utusan itu tiba-tiba datang ke Rumah Allah, apakah itu yang ada di Jeruzalem atau yang ada di Mekkah; beliau harus mencabut akar semua penyembahan berhala di negeri-negeri itu, tetapi juga menanamkan pada penyembah-penyembah berhala itu keyakinan pada Satu Tuhan Sejati. Dan hasil gemilang dari tugas yang mengagumkan ini, yaitu membangun sebuah Jalan baru, sebuah agama yang universal, yang mengajarkan bahwa antara Tuhan dan manusia tidak ada perantara mutlak, tidak ada pendeta, orang suci atau sakramen, adalah sama sekali diperbolehkan (berhubungan langsung dengan Tuhan - pent.), hanya telah dilaksanakan oleh seorang Nabi yang namanya Muhammad al-Mustapha!

2. Yahya Pembaptis bukanlah Utusan yang diramalkan oleh Malakhi. Ceritera tentang beliau yang diberitakan oleh empat orang penginjil sangatlah bertentangan, namun ada satu hal yang mereka semua menyepakatinya, ialah bahwa beliau tidak menyiapkan jalan sama sekali; karena beliau tidak diberi suatu Kitab Suci; beliau juga tidak membangkitkan suatu agama atau mereformasi agama lama. Dilaporkan bahwa beliau telah meninggalkan kedua orang tua dan rumahnya ketika masih muda; beliau hidup di padang pasir dengan madu dan belalang; dan menghabiskan hidupnya di sana hingga kira-kira beliau berumur tiga puluh tahun, ketika beliau menampakkan dirinya kepada khalayak ramai di tepi sungai Jordan, di mana beliau biasa membaptis pendosa-pendosa yang menyesali diri yang mengaku dosa kepadanya. Sementara Matius tidak mengetahui apapun tentang hubungannya dengan Jesus, atau tidak peduli untuk memberitakan hal itu, Lukas yang menulis Injil ini, bukan dari wahyu tetapi dari karya para murid Sang Guru, mencatat penghormatan yang diberikan oleh Yahya kepada Jesus ketika keduanya ada dalam kandungan ibunya masing-masing (Lukas i. 39 – 46). Beliau (Yahya) membaptis Jesus di perairan sungai Jordan sebagaimana dilakukannya terhadap orang-orang lainnya, dan diceriterakan sebagai mengatakan bahwa beliau (Yahya) "tidak berharga untuk membungkuk melepaskan tali kasut" (Markus i. 7) Jesus, dan menurut Injil keempat beliau (Yahya) berseru bahwa Jesus adalah "domba Tuhan yang menghapuskan dosa-dosa dunia: (Yahya i. 29). Bahwa beliau mengenal Jesus dan mengakuinya sebagai Kristus adalah sangat jelas. Namun ketika beliau dipenjarakan, beliau mengirimkan muridnya kepada Jesus, dan bertanya kepadanya: "Apakah anda adalah beliau yang akan datang itu, atau apakah kita masih harus menunggu yang lain?" (Matius xi. 3, dst.). Pembaptis itu meninggal sebagai martir di penjara karena beliau telah mencela seorang Edomit yang kafir, Raja Herod dari Tetrarch yang telah menikahi isteri saudara laki-lakinya sendiri. Dengan demikian berakhirlah hidup seorang nabi yang sangat murni dan suci, begitulah menurut narasi para penginjil.

Aneh bahwa orang-orang Yahudi tidak menerima Yahya sebagai seorang Nabi. Masih lebih aneh lagi bahwa Injil Barnabas tidak menyebutkan Pembaptis; dan tambahan lagi, Injil Barnabas meletakkan kalimat yang dikatakan sebagai telah diucapkan oleh Yahya tentang Jesus, justru pada mulut Jesus sendiri mengenai Nabi Muhammad, Nabi Allah. Al Qur’an menyebutkan kelahiran "John Pembaptis" yang ajaib dengan nama Yahya, tetapi tidak merujuk kepada misi pembaptisannya.

Deskripsi tentang khotbahnya diberikan dalam pasal tiga kitab Matius. Tampaknya beliau telah menyatakan bahwa Kerajaan Sorga sudah mendekat dan bahwa akan dibangkitkan seorang Utusan Agung dan Nabi Tuhan yang akan membaptis semua orang beriman, tidak dengan air, "tetapi dengan api dan ruh suci".
Nah, bila John (Yahya) Pembaptis adalah Utusan itu yang diangkat oleh Tuhan untuk menyiapkan jalan sebelum (kedatangan) Jesus Kristus, dan bila beliau itu adalah pendahulu dan lebih rendah kedudukannya daripada Jesus, maka tidak logis dan bijak sama sekali bahwa Yahya berkeliling membaptis khalayak ramai di perariran sebuah sungai atau sebuah kolam dan menyibukkan dirinya sendiri dengan setengah lusin murid-muridnya. Seharusnya beliau dengan segera telah mengikuti dan mematuhi Jesus ketika beliau melihat dan mengenalnya! Beliau tidaklah melakukan hal semacam itu. Tentu saja seorang Muslim selalu berbicara tentang seorang Nabi dengan rasa hormat dan takzim yang paling tinggi, dan orang tidak mengharapkan saya untuk berkomentar lebih lanjut seperti seorang Ernest Renan atau seorang pengritik yang apatis akan melakukannya! Namun untuk mengatakan bahwa seorang Nabi yang mereka gambarkan sebagai seorang darwis (Sufi) di padang belantara dengan berpakaian kulit binatang, dan seorang darwis yang bangkit dan menemui "Adon"-nya dan "Malaikat Yang Dijanjikan" dan kemudian tidak mengikutinya dan memisahkan dirinya daripadanya, adalah aneh dan tidak masuk akal. Berpikir dan mempercayai bahwa seorang Nabi telah diutus oleh Tuhan untuk menyiapkan jalan , untuk memurnikan dan membersihkan agama untuk menyambut kedatangan orang yang lebih tinggi kedudukannya daripada dirinya, dan kemudian menggambarkannya sebagai menjalani seluruh hidupnya di padang pasir di antara binatang-binatang, adalah menceriterakan kepada kita bahwa dia sedang membangun chaussees (chauvinisme), causeway (hal-hal yang menyebabkan tidak menyenangkan) atau jalan kereta api, bukan untuk ummat manusia, tetapi untuk binatang dan jin.

3. John (Yahya) Pembaptis juga bukan Nabi Eliyah atau Nabi Ilyas seperti dikatakan bahwa Jesus Kristus telah mengatakannya. Nabi Malakhi dalam pasal empat (ayat 5 dan 6) berbicara tentang akan datangnya Eliyah, hal mana diramalkan akan terjadi beberapa saat sebelum hari Kebangkitan dan bukan sebelum kedatangan Utusan yang kita persoalkan ini. Bahkan meskipun Jesus Kristus telah mengatakan bahwa Yahya adalah Eliyah, namun orang-orang tidak mengenal dia. Apa yang dimaksud oleh Jesus dengan mengatakan itu ialah bahwa keduanya adalah serupa dalam kehidupan asetiknya (sebagai pertapa atau zuhud-pent.), cinta mereka kepada Tuhan, keberanian mereka untuk mencerca dan memperingatkan raja-raja dan pemimpin-pemimpin agama yang munafik.

Saya tidak dapat melanjutkan pembicaraan mengenai klaim yang tidak logis dari gereja mengenai Yahya sebagai Utusan "untuk menyiapkan jalan". Namun harus saya tambahkan bahwa Pembaptis ini tidaklah menghapuskan satu iota pun dari Hukum Musa, tidak pula menambah sedikitpun padanya. Dan tentang pembaptisan, itu hanyalah ma’muditha dalam tradisi Yahudi kuno atau pencucian atau pembersihan. Pencucian atau pembersihan tidak dapat dianggap sebagai suatu "agama" atau "jalan" yang tempatnya telah diambil oleh lembaga gereja untuk sakramen pembaptisan yang terkenal dan misterius itu!

4. Bila saya katakan bahwa Jesus Kristus bukanlah yang dimaksudkan dalam ramalan Malakhi, sepertinya saya sedang melancarkan suatu "argumentum in absurdum" atau argumen yang tidak masuk akal, karena tiada seorangpun akan menentang atau menyatakan keberatan atas pernyataan saya. Gereja telah selalu percaya bahwa "Utusan untuk jalan itu" adalah John atau Yahya Pembaptis, dan bukan Jesus. Tetapi orang Yahudi tidak mau mengakui kedua-duanya. Tetapi karena pribadi yang diramalkan dalam ramalan itu adalah satu dan orang yang sama, dan bukan dua orang, saya dengan sadar sekali menyatakan bahwa Nabi Jesus bukan, dan tidak mungkin, orang yang diramalkan itu.

Bila Jesus adalah tuhan, seperti kini orang-orang Kristen telah mempercayainya, maka beliau tidak mungkin dipekerjakan untuk menyiapkan jalan di hadapan Yahweh Sabaoth! Kalau Jesus itu Yahweh Sabaoth yang membuat ramalan itu, lalu siapa dia Yahweh Sabaoth yang lain itu yang di hadapannya disiapkan jalan? Jika beliau adalah manusia yang sederhana, terbuat dari daging dan darah, dan pengabdi pada Tuhan Tuan Rumah Tuhan, maka klaim itu jatuh terserak di tanah. Karena Jesus sebagai manusia yang sederhana dan nabi tidak mungkin menjadi pendiri dari gereja trinitas. Bentuk yang manapun dari agama Kristen yang kita anut, apakah itu Ortodoks, Katholik, Protestan, Salvasionis, Quaker, atau dari sekte atau komunitas yang begitu banyak macamnya, tidak satupun daripadanya dapat menjadi "jalan" atau "agama" yang diindikasikan oleh Malakhi; dan Nabi Jesus bukanlah pendiri atau penyiapnya. Selama kita masih mengingkari Keesaan Tuhan yang mutlak, kita tetap dalam kesalahan, dan Jesus tidak bisa menjadi teman kita, tidak pula beliau bisa menolong kita.

5. Orang yang diindikasikan dalam ramalan itu memiliki tiga kualifikasi, yaitu Utusan Agama, Tuan Komandan, dan Utusan Yang Dijanjikan. Beliau juga digambarkan dan dibedakan oleh tiga kondisi, yaitu "beliau tiba-tiba datang ke Mesjid atau Kuilnya, beliau diharapkan dan dicari orang, dan sangat dirindukan dan didambakan".

Siapa lalu yang dapat bertindak sebagai orang mulia ini, Penolong dan Pelindung Agung atas ummat manusia, dan Komandan yang gagah berani ini yang menyerahkan jasa-jasa mulianya untuk mengabdi pada Allah dan agamaNya, kalau bukan Nabi Muhammad saw?

Beliau memberikan kepada dunia ini sebuah Kitab Suci Al Qur’an, sebuah agama Islam yang paling rasional, sederhana, dan paling banyak memberikan faedah, dan telah menjadi petunjuk dan konversi agama dari jutaan dan jutaan bangsa-bangsa penyembah berhala di seluruh bagian bumi ini, dan telah merubah mereka semua ke dalam suatu persaudaraan universal dan bersatu yang membentuk "Kerajaan Allah" yang sejati dan formal di atas bumi ini yang telah diumumkan oleh Nabi Jesus dan Yahya Pembaptis. Adalah sia-sia dan kekanak-kanakan untuk memperbandingkan baik Jesus maupun Yahya dengan Utusan Agung Allah itu, bila kita tahu dengan pasti bahwa tidak satupun di antara keduanya pernah mencoba untuk mengkonversi seorang penyembah berhala sekalipun, atau berhasil dalam usahanya membujuk orang Yahudi untuk mengakui misi mereka.
bersambung ...

Diambil dari :
"WHAT EVERY CHRISTIAN AND JEW SHOULD KNOW"
Oleh :
PROFESOR DAVID BENJAMIN KELDANI, B.D.
Alih Bahasa Oleh :
H.W. Pienandoro SH

Sumber :
Versi asli (HTML) :

website milik HIRA AL KAHFI dengan alamat :
http://www.mosque.com/goodial.html

Versi CHM diambil dari situs :
http://www.pakdenono.com

Posting by Mohammad Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar