Cari Blog Ini

Jumat, 11 Maret 2011

Contoh Pantun Jenaka (1)

Berikut ini pantun jenaka yang saya kutip dari penyair.wordpress.com yang entah siapa pemiliknya. Mendatang saya rencanakan ada postingan yang tidak hanya mengutip dari blog lainnya. Ini sebagai pemula. Kalau ada pengunjung yang mendapat manfaat dari postingan ini, ucapan terima kasih selayaknya ditujukan kepada penulis blog yang saya kutip. Berikut pantun-pantun yang dimuat antara lain :

Pantun pertama

Lebuhraya kota bersegi
Tempat temasya dara teruna
Hodohnya ketawa orang tak bergigi
Ibarat kota tiada kubunya

Pantun kedua

Api terang banyak kelkatu
Masuk ke kamar bersesak-sesak
Alangkah geli rasa hatiku
Melihat nenek bergincu berbedak

Pantun ketiga


Ditiup angin bunga semalu
Kuncup daun bila berlaga
Bercakap Melayu kononnya malu
Belacan setongkol dibedal juga

Pantun keempat


Orang Rengat menanam betik
Betik disiram air berlinang
Hilang semangat penghulu itik
Melihat ayam lumba berenang

Pantun kelima


Tanam jerangau di bukit tinggi
Mati dipijak anak badak
Melihat sang bangau sakit gigi
Gelak terbahak penghulu katak

Pantun keenam


Singapura dilanggar todak
Kapal karam di Tanjung Peringin
Orang tua beristerikan budak
Macam beruk mendapat cermin

Pantun ketujuh


Bapa gergasi menebar jala
Pegang tali melintuk-liuk
Masakan pengerusi tak garu kepala
Melihat ahli semua mengantuk

Pantun kedelapan


Gemuruh tabuh bukan kepalang
Diasah lembing berkilat-kilat
Gementar tubuh harimau belang
Nampak kambing pandai bersilat

Pantun kesembilan


Buah salak di rumah Tok Imam
Sirih sekapur pergi menjala
Anjing menyalak harimau demam
Kucing di dapur pening kepala

Pantun kesepuluh


Anak cina menggali cacing
Mari diisi dalam tempurung
Penjual sendiri tak kenal dacing
Alamat dagangan habis diborong

Pantun kesebelas


Biduk buluh bermuat tulang
Anak Siam pulang berbaris
Duduk mengeluh panglima helang
Melihat ayam bercengkang keris

Pantun kedua belas


Buah jering dari Jawa
Naik sigai ke atas atap
Ikan kering lagi ketawa
Dengar tupai baca kitab

Pantun ketiga belas



Pohon manggis di tepi rawa
Tempat datuk tidur beradu
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat datuk bermain gundu

Pantun keempat belas


Ceduk air di dalam perigi
Timbanya bertangkaikan suasa
Jikalau kucing tak bergigi
Alamat tikus berjoget berdansa

Pantun kelima belas


Anak dara Datuk Tinggi
Buat gulai ikan tilan
Datuk tua tak ada gigi
Bila makan kunyah telan

Pantun keenam belas


Berderak-derak sangkutan dacing
Bagaikan putus diimpit lumpang
Bergerak-gerak kumis kucing
Melihat tikus bawa senapang

Pantun ketujuh belas


Pokok pinang patanya condong
Dipukul ribut berhari-hari
Kucing berenang tikus berdayung
Ikan di laut berdiam diri

Pantun kedelapan belas


Tanam pinang di atas kubur
Tanam bayam jauh ke tepi
Walaupun musang sedang tidur
Mengira ayam di dalam mimpi

Pantun kesembilan belas


Anak bakau di rumpun salak
Patah taruknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkaca mata

Pantun kedua puluh


Orang menganyam sambil duduk
Kalau sudah bawa ke balai
Melihat ayam memakai tanduk
Datang musang meminta damai

Pantun kedua puluh satu


Hilir lorong mudik lorong
Bertongkat batang temberau
Bukan saya berkata bohong
Katak memikul paha kerbau

Pantun kedua puluh dua


Di kedai Yahya berjual surat
Di kedai kami berjual sisir
Sang buaya melompat ke darat
Melihat kambing terjun ke air

Pantun kedua puluh tiga


Jikalau lengang dalam negeri
Marilah kita pergi ke kota
Hairan tercengang kucing berdiri
Melihat tikus naik kereta

Pantun kedua puluh empat


Senangis letak di timbangan
Pemulut kumbang pagi-pagi
Menangis katak di kubangan
Melihat belut terbang tinggi

Pantun kedua puluh lima


Anak Hindu beli petola
Beli pangkur dua-dua
Mendengar kucing berbiola
Duduk termenung tikus tua

Pantun kedua puluh enam


Punggur berdaun di atas kota
Jarak sejengkal dua jari
Musang rabun, helang pun buta
Baru ayam suka hati

Pantun kedua puluh tujuh


Ketika perang dinegeri Jerman
Ramai askarnya mati mengamuk
Rangup gunung dikunyah kuman
Lautan kering dihirup nyamuk

Pantun kedua puluh delapan


Jual betik dengan kandil
Kandil buatan orang Inggeris
Melihat buaya menyandang bedil
Lembu dan kerbau tegak berbaris

Pantun kedua puluh sembilan


Jemur bijan dengan kulitnya
Jemur di atas pohon lembayung
Hari hujan sangat lebatnya
Lamun Si Pandir mengepit payung

Pantun tiga puluh


Elok rupa pohon belimbing
Tumbuh dekat limau lungga
Elok berbini orang sumbing
Walau marah ketawa juga

Pantun tiga puluh satu


Rumah besar berdinding tidak
Beratapkan daun palas
Badan besar beristeri tidak
Itu tandanya orang pemalas

Pantun tiga puluh dua


Adik nama Comat
Suka beri salam
Budak ketawa kuat
Suka kecing malam

Pantun tiga puluh tiga


Dari Ambun hendak ke Perak
Singgah di Jeram Mengkuang
Si Awang Kenit mencuri kerak
Hidung berbelang terpalit arang

Pantun tiga puluh empat


Biduk lalu kiambang bertaut
Nakhoda Kasap duduk termenung
Gila latah ikan di laut
Melihat umpan di kaki gunung

Pantun tiga puluh lima


Pakai seluar labuh ke bawah
Ikut permatang jalan melenggang
Nampak zahir memang mewah
Tapi hutang keliling pinggang

Pantun tiga puluh enam


Orang Sibu menunggang kuda
Kuda ditunggang patah pinggang
Masih mahu mengaku muda
Padahal cucu keliling pinggang

Pantun tiga puluh tujuh


Tahankan jerat gunakan tali
Pacak kuat biar melekap
Kalau bini suka membeli
Hutang berbaris suami ke lokap

Pantun tiga puluh delapan


Tuan puteri memasang panjut
Dayang tolong menghalau lalat
Kucing tidur bangkit terkejut
Melihat tikus pandai bersilat


Sumber : http://penyair.wordpress.com/2007/05/13/pantun-jenaka/


Posting by Mohammad Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar