Cari Blog Ini

Sabtu, 10 September 2011

Sembilan Tonggak Perkembangan si Golden Age


Menurut pakar psikologi perkembangan Elisabeth B. Hurlock, usia 0 – 5 tahun adalah saat perkembangan terbaik dalam kehidupan manusia.

Masa ini hanya terjadi sekali dan tidak akan terulang di kemudian hari.

Jadi, bagi kita sebagai orang tua, marilah kita sikapi masa emas ini dengan sebaik-baiknya atau buah hati kita akan kehilangan moment terbaik dalam hidupnya untuk menjadi manusia berkualitas.

Setiap anak adalah unik se unik perkembangannya yang akan selalu berbeda dalam setiap fasenya. Pada usia emas ini mereka, buah hati kita, akan mengalami perkembangan di antaranya perkembangan emosi dan kognisi. Ayah... Bunda, kita para orang tua, marilah kita sigap dengan perubahan dan perkembangan ini agar yang nantinya terkesan negatif dapat kita sikapi dengan bijaksana dan buah hati kita tetap nyaman.

Tonggak Pertama, Berkembangnya Egosentris

Sifat ini umumnya muncul pada anak usia sekitar 15 bulan. Tepatnya pada masa seorang anak sudah mulai aware dengan dirinya sendiri (self awareness). Pada masa ini sang buah hati mulai menyadari keberadaannya dan memandang dunia di sekelilingnya dari sudut pandang dirinya saja (egosentris). Dia belum mampu memandang dari sudut pandang atau kacamata orang lain. Segala sesuatu adalah miliknya, begitu pandangannya, maka harus saat itu juga didapatkannya, Ini berimbas pada sosialisasi dengan lingkungannya. Pada masa ini akan sering sekali terjadi konflik karena berebut mainan, makanan, dan sering tidak bisa menahan keinginan ketika meminta sesuatu. Bila tidak bijak, maka ini cepat membuat kita emosi.

Tahapan tadi biasanya akan berakhir pada usia anak 6 tahun, namun bila kita biarkan bisa menjadi menetap atau malah membesar. Kita harus mulai mengenalkan aturan apa yang boleh dan apa yang dilarang. Apa yang bisa segera dipenuhi dan apa pula yang bisa ditunda. Kita harus memberi pengertian dan contoh nyata untuk mengurangi sifat egosentris. Tentunya semua itu sebaiknya disampaikan dengan disertai bahasa kasih sayang.

Tidak semua keinginan harus dituruti, “here and now”. Ada saat di mana keinginan itu harus ditunda atau bahkan ditolak, sehingga anak bisa belajar untuk menekan sifat egois. Ini sangat berguna kelak ketika mereka dewasa. Anak akan dapat belajar menerima kekalahan dan kegagalan tanpa depresi, sehingga anak kita akan tangguh dan memiliki kecerdasan emosi (EQ) yang baik.

Tonggak Kedua, Berkembangnya Konsep Diri

Pada periode ini pada diri sang anak mulai timbul kesadaran akan keberadaan dirinya. Diawali dengan nama, usia, jenis kelamin, anak dari siapa (bapak/ibu) dan berlanjut kepada hal-hal lainnya. Lingkungan sangat berperan penting bagi pembentukan konsep diri anak. sangat penting bagi kita, para orang tua untuk menyediakan lingkungan yang kondusif sehingga akan terbentuk pribadi yang positif. Jauhkan pada diri anak label-label dan contoh perilaku yang negatif karena pada masa ini sang anak sedang melakukan proses modelling atau meniru.

Tonggak Ketiga, Rasa Ingin Tahu Yang Besar

Pada masa ini anak banyak berekplorasi dengan hal-hal di sekelilingnya baik secara fisik maupun verbal. Mungkin anak akan memanjat tempat yang tinggi, memegang benda-benda berbahaya seperti gunting, pisau, atau kabel. Bertanya tentang hal-hal yang tabu atau bahkan sesekali kita memergoki sang anak sedang bermain dengan alat kelaminnya sendiri. Sebagai orang tua, kita harus bijak menyikapinya. Tidak perlu panik apalagi emosi. Jawab pertanyaan secara santai tetapi tegas. Beri penjelasan sederhana, misalnya ketika sang anak memegang alat kelaminnya, bahwa perbuatan tersebut tiada manfaatnya bahkan bisa membuat gatal atau pipisnya bisa sakit bila tangannya kotor dan mengandung kuman.

Tonggak Keempat, Imajinasinya Berkembang Hebat

Pada tahap ini, imajinasinya akan berkembang hebat. Imajinasinya akan mendominasi perilaku anak di usia ini, sehingga anak sering sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan. Terkadang anak akan melebih-lebihkan perkataannya. Bahkan imajinasi ini akan melahirkan tokoh imajiner yang membuat anak bicara sendiri dengan benda-benda di sekelilingnya. Ingat tokoh Tasya dengan tokoh imajiner 3 boneka yaitu Baron dkk pada sebuah acara televisi? Orang tua tidak perlu cemas karena hal ini adalah normal dalam perkembangan anak sepanjang tidak berlebihan dalam menunjukkan abnormalitas. Imajinasi justru akan memacu daya kreatifitas dan biasanya meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak.


Tonggak Kelima, Perasaannya Mulai Terasah


Anak akan mulai memperhatikan lingkungan, muncul minat bermain dengan teman meski nantinya akan muncul konflik, sampai muncul rasa empati. Saat ini adalah momen yang tepat untuk mengasah kecerdasan emosional (EQ). Orang tua dapat mengenalkan macam-macam bentuk emosi : senang, sedih, marah, dll bagaimana mengelolanya dan mengungkapkannya dengan baik dan memunculkan empati terhadap orang lain.

Tonggak keenam, berkembangnnya konsep berpikir

Pada masa sebelumnya konsep berpikir masih belum sempurna, saat ini konsep berpikir mulai berkembang misalnya konsep waktu antara kemarin, sekarang dan nanti akan mulai dipahami anak. Akan semakin berkembang jika orang tua sering menggunakan dalam percakapan sehari-hari, sehingga anak terbiasa mendengarkan penggunaan tata urutan waktu dari contoh orang tua.

Tonggak ketujuh, Imitasi Modelling

Pada fase ini lingkungan adalah rule model bagi anak, sehingga kewajiban orang tua untuk bersikap dan berkata dengan baik serta memberikan lingkungan yang kondusif termasuk lingkungan rumah, teman bermain, pengasuh yang baik, tontonan bergizi di televisi atau di mana pun, karena ketika anak sudah menyukai sesuatu atau punya tokoh idola baik di televisi maupun real dalam lingkungannya maka perilakunya akan senantiasa meniru tokoh idolanya.

Tonggak kedelapan, bereksperimen dengan bahasa.

Ada kalanya akan muncul kata-kata kasar, jorok, bahkan tabu dari mulut anak karena ia sedang banjir kosakata setelah baru saja mampu berkomunikasi dengan baik karena sebelumnya masih terbata-bata. Dengan kemampuannya ini kan menyerap banyak hal dari lingkungannnya : orangtua, teman, tetangga, pengasush, kakak, televisi, dll. Ironisnya justru banyak kata-kata negatif yang sangat senang ia serap karena jarang terdengar dan menimbulkan respon lingkungan ketika mengucapkannya. Maka kita sebagai orang tua hendaknya senantiasa berkata baik, mengontrol kata-kata ketika emosi dan tidak cepat panik bahkan emosi ketika anak berkata tidak baik, karena tahukah Anda bahwa sebenarnya anak tidak tahu maksud dari kata-kata yang diucapkan maka ketika muncul respon emosi atau kaget dari lingkungannya ia malah justru akan semakin senang mengulanginya karena merasa mendapat perhatian ketika mengucapkannya. Terkadang kita juga perlu untuk mengabaikan respon sebagaimana ia inginkan sehingga lama-kelamaan akan berhenti dengan sendirinya. Yang lebih penting lagi adalah bersikap santai sambil menjelaskan bahwa apa yang diucapkan tidak baik, bisa membuat orang lain marah atau tersinggung atau tidak bermanfaat. Katakan ini setiap anak mengulangi perbuatan tersebut. Insya Allah anak akan berhenti bereksplorasi dengan kata-kata negatif.

Tonggak kesembilan, Munculnya Kontrol Internal

Kontrol internal akan muncul di akhir masa pra sekolah, sekitar 5-6 tahun seiring dengan berkembangnya kemampuan kognisinya, anak akan mulai memahami aturan-aturan ynag berlaku dalam lingkungannya. Mulai muncul rasa malu jika melakukan kesalahan. Lingkungan yang positif kan membentuk perilaku positif pada anak.

Posting by Mohammad Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar