Cari Blog Ini

Minggu, 27 Februari 2011

Mutiara Amaliah : Rezeki

Rezeki itu ada dua jenis. Pertama, rezeki jasmani. Kedua, rezeki rohani. Rezeki jasmani adalah seperti makan, minum, dan sebagainya. Adapun rezeki rohani adalah seperti zikir, rasa kebersamaanNya dan pemahaman terhadapNya.


Rezeki yang paling berharga bagi manusia ialah, pemahaman terhadapNya. Kalaulah seseorang manusia, hanya melihat nilai rezekinya hanya sekedar pada makanan, minuman, pakaian dan sebagainya, yang merupakan rezeki jasmani, maka dia meletakkan nilai dirinya seperti nilai binatang.

Sesungguhnya, nilai manusia lebih dari itu (binatang), maka nilai rezeki mereka lebih dari itu. Adapun pemahaman mengenai Allah s.w.t. merupakan rezeki yang abadi. Dengan pemahaman tersebut, seseorang itu mempunyai kekenyangan yang tiada lagi lapar setelahnya. Biarpun lapar jasmani, kalau rohani sudah kenyang dengan pemahaman tentangNya, maka kekenyangan itu mampu melalaikan seseorang dari kelaparan jasmani.


Akan tetapi, jika rohani lapar dari pemahaman terhadapNya, maka, biar segunung rezeki jasmani dikumpul oleh seseorang, tetap tidak mengenyangkannya, bahkan, senantiasa bertambah tamak dan semakin tamak. Inilah maksud sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: "Kalaulah bagi anak Adam itu, dua lembah dari emas, niscaya itu tidak mencukupi baginya, dan dia akan harap lembah emas yang ketiga. Tidaklah mencukupi bagi mulutnya (perutnya) melainkan tanah.


Apa yang jelas, rezeki jasmani, bagaikan air taut. Makin banyak dihimpun, makin menambah haul. Adapun pemahaman terhadapNya, akan menambahkan kepuasan, ketenangan, warak, qanaah (rasa mencukupi) dan rendah diri di hadapanNya. Bahkan, pemahaman terhadapNya, itu senantiasa bertambah, dan senantiasa mencukupi. Ia abadi dengan keabadian-Nya.


Kebahagaian hidup bersumberkan pemahaman seseorang terhadap Allah s.w.t. Inilah yang merupakan nadi bagi kehambaan, yang merupakan nadi bagi kehidupan, sesuai dengan ayat Allah s.w.t. yang bermaksud: "Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk benbadah kepadaKu" Maka, kebahagiaan hidup bersumberkan sejauh mana terealisasinya makna kehambaan dalam diri.


Seseorang, tatkala mengenal Allah s.w.t. dan memahami hakikat kehidupan ini, sebagai tempat ujian dan tarbiah dariNya, pasti merasai cukuplah Allah s.w.t. bagiNya. Inilah rasa yang tertinggi dalam ketenangan hidup seseorang.

Sumber : Mutiara Amaly : Penyejuk Jiwa Penyubur Iman Vo. 81
Website : www.tebardakwah.com

Posting by Mohammad Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar