Cari Blog Ini

Senin, 12 Maret 2012

MUHAMMAD DALAM PERJANJIAN LAMA - ISLAM ADALAH KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI

BAB 10. ISLAM ADALAH KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI

Ketika meneliti visi indah dari Nabi Daniel ((Daniel vii.) kita telah menyaksikan Nabi Muhammad saw dikawal oleh Malaikat yang jumlahnya banyak sekali dan dibawa ke hadirat yang mulia Yang Maha Abadi; bagaimana beliau mendengar kalimat-kalimat penghormatan dan kasih sayang yang tidak ada mahluk lain pernah menerima kehormatan semacam itu (2 Korinthia xii.); bagaimana beliau dimahkotai sebagai Sultan para Nabi dan dilengkapi dengan kekuatan dan kekuasaan untuk membinasakan "Binatang Keempat" dan "Tanduk Yang Menghujat". Selanjutnya kita melihat bagaimana beliau mendapat mandat untuk membangkitkan dan memproklamirkan Kerajaan Tuhan di muka bumi; bagaimana mungkin manusia genius itu bisa membayangkan kehormatan tertinggi yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada seorang pemuja yang tercinta dan kepada UtusanNya yang paling berharga yang hanya dapat dirujuk kepada Nabi Muhammad saw sendiri. Harus diingat bahwa di antara para Nabi dan Utusan Allah, hanya Nabi Muhammad saw sendiri yang menonjol bagaikan sebuah menara di atas semuanya; dan karya besar dan mulia yang dihasilkannya berdiri sebagai sebuah monumen yang permanen atas kehormatan dan keagungannya. Seseorang tidak dapat menghargai nilai dan arti penting Islam sebagai sebuah benteng yang unik terhadap penyembahan berhala dan penyekutuan Tuhan kecuali apabila Keesaan Tuhan yang mutlak diakui dengan segala kesungguhan. Jika kita menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang sama yang Nabi Adam dan Ibrahim mengenalNya, dan yang dipuja oleh Nabi Musa dan Nabi Jesus, maka kita tidak lagi mengalami kesulitan untuk menerima Islam sebagai suatu agama sejati dan Nabi Muhammad saw sebagai Pangeran semua Nabi dan Pengabdi Tuhan.

Kita tidak dapat membesarkan keagungan Allah dengan memandangNya kini sebagai seorang "Bapak", kemudian sebagai seorang "Anak" dan di kesempatan lain sebagai suatu "Ruh Suci", atau membayangkan Dia sebagai memiliki tiga pribadi yang dapat diajak saling bicara dengan menggunakan tiga sebutan nama orang tunggal : aku, engkau, dia. Dengan cara yang begitu itu kita lalu kehilangan seluruh konsep sesungguhnya mengenai Yang Maha Mutlak, dan kita berhenti mempercayai Tuhan yang sesungguhnya. Dengan cara yang sama, kita tidak dapat menambahkan satu iota pun pada kesakralan agama dengan suatu lembaga beberapa sakramen yang tidak mempunyai arti sama sekali; tidak pula kita dapat mengambil santapan rohani bagi jiwa kita dari memberi makan kepada jenazah seorang nabi atau tuhan hasil inkarnasi; karena dengan berbuat begitu kita kehilangan semua gagasan tentang agama yang sejati dan sebenarnya dan sekaligus berhenti pula kita mempercayai agama itu. Tidak juga kita mampu sedikitpun mempromosikan kemuliaan Nabi Muhammad saw bila kita harus membayangkan beliau sebagai seorang anak Tuhan atau tuhan hasil inkarnasi; karena dengan cara begitu kita sama sekali pasti kehilangan Nabi dari Mekkah yang nyata dan yang merupakan tokoh dalam sejarah, dan tanpa sadar jatuh ke dalam jurang penyekutuan Tuhan. Keagungan Nabi Muhammad saw berupa keberhasilannya membangkitkan agama yang begitu mantap, sederhana dan sejati, dan dalam menerapkan secara nyata seluruh aksioma dan prinsip dengan ketepatan dan resolusi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bagi seorang Muslim sejati untuk menerima kepercayaan atau keyakinan lain selain daripada yang telah diikrarkannya dalam formula:"Saya percaya bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah". Dan syahadat ini akan berlanjut menjadi keyakinan bagi setiap orang beriman sejati kepada Allah hingga Hari Kebangkitan.

Pemusnah Agung atas "Tanduk Kesebelas" yang merupakan personifikasi Constantine yang agung dan Gereja Tritunggal, bukan seorang Bar Allaha ("Anak Tuhan"), akan tetapi seorang Bar Nasha ("Anak Manusia) dan tidak lain adalah Nabi Muhammad al-Mustapha saw yang sebenarnya mendirikan Kerajaan Tuhan di bumi. Kerajaan Tuhan inilah yang kini akan kita teliti dan interpretasikan. Perlu diingat, bahwa janji yang tersebut di bawah ini seperti yang diungkapkan oleh Daniel telah dibuat ketika Sultan seluruh Nabi itu menghadap Yang Maha Suci:
"Kerajaan dan kekuasaan dan kebesaran kerajaan di seluruh bumi akan diberikan kepada orang-orang Kudus milik Yang Maha Tinggi; kerajaannya (orang-orang Kudus itu) (akan menjadi) sebuah kerajaan yang abadi, dan semua kekuasaan akan mengabdi dan tunduk pada kerajaan itu" (Daniel vii. 22-27).

Ungkapan dalam pasal nubuah ini bahwa Kerajaan Tuhan akan terdiri dari: "orang-orang Kudus milik Yang Maha Tinggi", dan bahwa seluruh kekuasaan lainnya akan mengabdi dan tunduk pada orang-orang itu, jelas menunjukkan bahwa dalam Islam, agama dan negara adalah satu dan tubuh yang sama, dan dengan sendirinya tidak terpisahkan. Islam bukan saja agama Tuhan, tetapi juga KerajaanNya di muka bumi. Agar dapat membentuk sebuah gagasan yang jelas dan benar mengenai sifat dan konstitusi "Kerajaan Tuhan di bumi", dirasa perlu untuk sekejap melihat pada sejarah agama Islam sebelum agama itu disempurnakan, dilengkapkan, dan dengan resmi ditetapkan oleh Tuhan Sendiri di bawah UtusanNya Muhammad saw.

1. SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW DATANG, ISLAM BUKAN KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI, NAMUN HANYA MERUPAKAN AGAMA SEJATI TUHAN
Mereka yang mempercayai bahwa agama Tuhan yang sejati hanya diturunkan kepada Ibrahim dan dijaga oleh orang Israel saja, pastilah murid yang bodoh tentang literatur Perjanjian Lama, dan pasti telah memiliki gambaran yang salah mengenai sifat agama. Ibrahim sendiri memberikan sebutan kepada Raja dan Imam 1) Jeruzalem dan diberkati olehnya (Genesis xiv. 18). Ayah mertua Nabi Musa juga seorang imam dan Nabi Allah; Nabi Ayyub, Balaam, Ad, Hud, Lukman dan banyak nabi yang lainnya yang bukan orang Yahudi. Suku bangsa dan bangsa yang berlainan seperti kaum Ismail, kaum Moab, kaum Ammon, kaum Edom, dan lain-lainnya yang merupakan keturunan anak laki-laki Ibrahim dan Luth, mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa meskipun mereka juga seperti orang Israel yang jatuh menjadi penyembah berhala dan menjadi jahil. Namun cahaya Islam tidak pernah padam seluruhnya atau digantikan dengan penyembahan berhala. Patung-patung atau gambar-gambar yang dianggap sebagai sakral dan sebagai tuhan rumah tangga oleh orang Israel, demikian juga kebangsaan mereka yang sama, dan biasanya disebut "Traphim" (Genesis xxxi.) dalam bahasa Ibrani, pada hemat saya yang hina ini adalah sama sifat dan karakternya dengan gambar dan patung yang dimiliki dan dipuja oleh orang Kristen Ortodoks dan Katholik di rumah dan gereja mereka. Pada masa jahiliyah itu patung-patung itu menjadi tanda pengenal atau semacam pasport. Tidakkah hebat mendapati Rahel isteri Yakub dan puteri Laban, harus mencuri "traphim" ayahnya? (Genesis xxxi.). Namun Laban dan suaminya adalah orang-orang Muslim, dan pada hari yang sama mengangkat batu "Mispha" dan mempersembahkannya kepada Tuhan!

Orang-orang Yahudi dalam belantara , mabuk oleh keanehan dan keajaiban yang terjadi siang dan malam – kampus mereka dibayangi oleh awan keajaiban pada siang hari dan diterangi oleh pilar-pilar api pada malam hari, mereka sendiri memakan "manna" dan "Salwai" – segera setelah Nabi Musa menghilang untuk beberapa hari di puncak gunung Sinai yang tertutup kabut, membuat patung sapi dari emas dan memujanya. Sejarah dari orang-orang yang keras kepala sejak kematian Joshua hingga dinobatkannya Raja Saul, yang meliputi kurun waktu lebih dari empat abad, dipenuhi dengan kemerosoan akhlak yang berbau skandal hingga jatuh ke dalam penyembahan berhala. Orang Yahudi berhenti menyembah berhala hanya sesudah wahyu tidak turun lagi dan hukum dari Kitab-Kitab Sucinya dalam abad ketiga sebelum Masehi, dan semenjak itu tetap dalam monoteisme. Namun kepercayaan mereka pada Keesaan Tuhan, meskipun tetap dalam garis Unitarian, tidak memberi mereka hak untuk menggolongkan dirinya sebagai "Muslim" karena dengan keras kepala mereka tetap menolak baik pribadi maupun wahyu yang turun kepada Nabi Jesus dan Nabi Muhammad saw. Hanya dengan penyerahan diri mutlak kepada Kehendak Tuhan bahwa seorang manusia dapat memperoleh kedamaian dan menjadi Muslim, karena bila tidak demikian maka keyakinan tanpa kepatuhan dan penyerahan diri adalah sama dengan halnya setan yang percaya kepada Allah dan gemetar.

Karena kita tidak memiliki catatan tentang orang-orang lain yang diberi Wahyu Suci dan dengan Nabi dan Imam yang dikirim oleh Tuhan kepada mereka, maka kita hanya akan memuaskan diri sendiri dengan deklarasi bahwa agama Islam hadir di tengah orang-orang Israel dan orang-orang Arab lainnya dari masa dulu, terkadang lebih bercahaya, tetapi kebanyakan seperti sumbu api yang menyala atau seperti pijar api yang lemah yang berkedip dalam sebuah ruang gelap. Itu adalah sebuah agama yang dipeluk oleh jenis orang yang segera melupakan agama itu, atau melalaikannya, atau mengubahnya menjadi penyembahan berhala. Tetapi selalu sama bahwa selalu ada pribadi-pribadi atau keluarga yang mencintai dan memuja Tuhan.

Tampaknya orang Yahudi, terutama masa Yahudi, tidak mempunyai konsep mengenai Tuhan dan agama seperti halnya orang Muslim yang mempunyai Allah dan Islam. Bilamana saja orang Israel dalam keadaan makmur dan berjaya dalam perang mereka, maka Yahweh diakui dan dipuja, namun dalam keadaan yang kurang baik Dia ditinggalkan dan ketuhanan dari suatu bangsa yang lebih kuat dan lebih sejahtera diadopsi dan patungnya atau gambarnya dipuja. Studi yang lebih cermat mengenai Kitab Suci Ibrani akan menunjukkan bahwa orang kebanyakan Yahudi kadangkala menganggap Tuhannya lebih kuat atau lebih tinggi, dan di kala lain lebih lemah daripada yang dianut oleh bangsa lain. Kecenderungan mereka yang sangat mudah dan berulang kali jatuh ke dalam penyembahan berhala adalah suatu bukti bahwa kaum Israel itu memiliki anggapan yang hampir sama mengenai El atau Yahweh mereka dengan orang-orang Asiria terhadap Ashur, orang Babilon terhadap Mardukh, dan orang Funisia dengan Ba’al mereka. Dengan mengecualikan nabi dan para sufi, orang Muslim Taurat, yaitu orang-orang Israel yang menganut Hukum Musa, tidak pernah berdiri sama tinggi dengan kesakralan agama mereka ataupun konsep sejati keTuhanan mereka. Kepercayaan terhadap Allah dan keyakinan yang mantap serta kepercayaan terhadap hidup yang akan datang tidak mendarah mendaging dan tertanam dalam jiwa dan hati orang-orang itu.

Betapa bertolak belakangnya antara Muslim menurut Al Qur’an, orang-orang beriman terhadap Hukum Islam, dan Muslim menurut Taurat atau Hukum Musa! Pernahkah terlihat dan terbukti bahwa seorang Muslim meninggalkan Mesjid, Imam, dan Al Qur’an, dan memeluk agama lain dan mengakui bahwa Allah bukanlah Tuhan? Tidak pernah! Sangat tidak mungkin bahwa masyarakat Muslim yang Islami selama masih memiliki Kitabullah, Mesjid dan para Mullah dapat terjatuh ke dalam penyembahan berhala atau bahkan kepada agama Kristen.

Saya menyadari adanya yang disebut keluarga Tartar tertentu yang memeluk agama Kristen Ortodoks di Rusia. Tetapi saya dapat meyakinkan para pembaca artikel saya, dengan berdasarkan otoritas yang otentik, bahwa orang-orang "Tartar" ini adalah orang-orang Mongolia yang lama sesudah ditundukkan oleh orang Rusia dan berdirinya "Altin Ordu" oleh Batu Khan, atau mereka masih penyembah berhala atau orang yang baru pindah agama ke Islam dan tampaknya telah dipaksa atau dirayu untuk bergabung dengan Gereja Rusia. Dan dalam hubungan ini haruslah tidak diingkari bahwa hal ini terjadi sesudah kekuasaan Muslim "Golden Horde" ("Altin Ordu") tersungkur jatuh sesudah invasi besar-besaran oleh Timur Lang (Tamerlane). Sebaliknya, para pedagang Muslim di Cina maupun di Afrika, telah selalu mempropagandakan agama suci mereka; dan berjuta-juta orang Muslim Cina dan negro adalah buah daripada misi-misi Muslim yang tidak pernah mendapat bayaran itu. Jelaslah dari keterangan di atas bahwa agama sejati Tuhan sebelum Nabi Muhammad saw hanya baru dalam masa bayi, bahwa agama itu tetap belum matang dan belum berkembang di antara orang-orang Ibrani, meskipun agama itu bersinar dengan cemerlang dalam kehidupan pengabdi sejati Yahwah. Di bawah bimbingan dan hakim-hakim yang takut terhadap Tuhan dan Raja-Raja Israel yang alim, pemerintah telah selalu bersifat teokratik, dan selama wahyu Nabi-Nabi diterima dengan menguntungkan dan perintah-perintahnya dilaksanakan, maka kedua-duanya, agama dan bangsa itu akan sejahtera.

Namun Agama sejati Tuhan tidak pernah berbentuk sebagai Kerajaan Tuhan seperti terjadi di bawah pemerintah berdasarkan Al Qur’an. Dalam KebijakanNya yang Abadi, Allah telah menyatakan bahwa empat Kekuasaan yang besar dari Dunia Gelap harus saling menggantikan satu dengan lainnya sebelum KerajaanNya Sendiri dibangkitkan. Sivilisasi kuno yang besar dan kekaisaran Asiria Kaldea, dari Medo Persi, dari Yunani dan dari Romawi harus muncul dan berkembang untuk menindas dan menggilas orang-orang yang beriman pada Tuhan, dan untuk melaksanakan semua kejahatan dan kekejian yang hanya setan saja yang bisa mengaturnya. Semua kemuliaan dari empat kekuasaan besar ini dilakukan dalam pemujaan terhadap setan; dan "kemuliaan" inilah yang "Pangeran Kegelapan" menjanjikan untuk memberikannya kepada Jesus Kristus dari puncak sebuah bukit yang tinggi jika dia harus mengikutinya dan memujanya.

2. JESUS KRISTUS DAN PARA MURIDNYA BERKHOTBAH TENTANG KERAJAAN TUHAN
Benar adanya bahwa mereka adalah utusan-utusan Kerajaan Tuhan di bumi. Jiwa dan inti dari Injil Jesus termuat dalam pasal yang terkenal dalam do’anya: "KerajaanMu tiba." Selama duapuluh abad orang-orang Kristen dari seluruh denominasi dan jenis keyakinan mereka telah berdo’a dan selalu mengulangi do’a ini, "KerajaanMu tiba," dan Tuhan sendiri tahu berapa lama mereka akan melanjutkan do’a untuk dan sia-sia mengantisipasi kedatangannya. Antisipasi orang-orang Kristen atas kedatangan Kerajaan Tuhan bersifat sama dengan antisipasi orang-orang yang beragama Judaisme akan kedatangan seorang Al Masih. Kedua antisipasi ini menunjukkan imajinasi yang tidak peduli dan tidak berdasar akal, dan anehnya ialah bahwa dengan keras kepala mereka memegang harapan yang sia-sia ini. Bila anda bertanya kepada seorang pendeta atau pastor Kristen mengenai pendapatnya tentang Kerajaan Tuhan, dia akan menceriterakan kepada anda semua macam ilusi dan hal-hal yang tidak berarti. Kerajaan ini, begitu dia akan menegaskan, adalah Gereja di mana dia tergabung ketika Kerajaan itu akan mengatasinya dan menelan semua Gereja sesat lainnya. Pastor atau pendeta lain akan berkhotbah tentang "millennium." Seorang penganut Salvationist atau seorang dari Quaker mungkin menjelaskan kepada anda bahwa menurut keyakinannya Kerajaan Tuhan itu akan terdiri dari orang-orang Kristen yang baru dilahirkan dan tanpa dosa, dicuci dan dibersihkan dengan darah domba; dan sebagainya.

Kerajaan Tuhan tidak berarti Gereja Katholik yang berjaya, atau Negara Puritan yang mengalami regenerasi dan tanpa dosa. Hal itu bukan suatu "Royalty of the Millennium" yang imajinatif. Itu bukan suatu Kerajaan yang tersusun dari mahluk-mahluk langit, termasuk di dalamnya jiwa para Nabi yang telah meninggal dan orang-orang beriman yang diberkati, di bawah kekuasaan domba suci; dengan malaikat sebagai polisi dan jaksa.; kaum Cherub sebagai gubernur dan hakim; kaum Seraph sebagai para perwira dan komandan; atau malaikat Jibril sebagai Paus, Patriarch, Uskup, dan pengkhotbah evangelis. Kerajaan Tuhan di bumi adalah sebuah Agama, suatu masyarakat yang kuat yang terdiri dari orang-orang beriman pada Tuhan Yang Esa dilengkapi dengan kepercayaan dan pedang untuk berjuang untuk dan mempertahankan eksistensi dan kemerdekaan mutlak dari Kerajaan Dunia Kegelapan, terhadap semua yang tidak percaya bahwa Tuhan itu Esa, atau terhadap mereka yang percaya bahwa Dia mempunyai anak, seorang ayah dan seorang ibu, sekutu-sekutu dan mereka yang bersama ada (coeval).

Kata Yunani "euangelion", yang diterjemahkan "Injil" dalam bahasa Inggris, praktis berarti "the enunciation of good news" atau "ucapan berita baik." Dan ucapan ini ialah kabar tentang Kerajaan Tuhan yang mendekat datang, yang terkecil di antara warganya adalah lebih besar dari Yahya Pembaptis. Beliau sendiri dan para apostel sesudahnya berkhotbah dan mengumumkan Kerajaan ini kepada kaum Yahudi, mengundang mereka untuk beriman dan menyesali dosa agar dapat diterima ke dalamnya. Jesus sesungguhnya tidak menghapuskan atau mengubah Hukum Musa, tetapi menafsirkannya dalam pengertian spiritual sedemikian rupa sehingga beliau meninggalkannya sebagai sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh orang. Ketika beliau menyatakan bahwa kebencian adalah akar pembunuhan, nafsu adalah sumber dari perzinahan; bahwa serakah dan munafik adalah sebagai dosa yang buruk sekali seperti halnya penyembahan berhala; dan bahwa belas kasih dan amal sedekah lebih dapat diterima daripada korban bakaran dan kepatuhan ketat terhadap hari Sabath, maka praktis beliau telah menghapuskan huruf-huruf dalam Hukum Musa untuk kebaikan pengertian spiritual. Injil yang penuh kepalsuan dan banyak mengalami interpolasi ini menceriterakan acap kali kisah-kisah dan referensi mengenai Jesus kepada Kerajaan Tuhan, dan kepada Bar-Nasha atau "Anak Manusia" , namun kisah-kisah itu banyak dicemari dan diubah sehingga mereka berhasil, dan masih berhasil, menyelewengkan orang-orang Kristen yang malang untuk mempercayai bahwa yang dimaksudkan oleh Jesus sebagai "Kerajaan Tuhan" adalah Gerejanya, dan bahwa beliau sendirilah "Anak Manusia" itu.

Hal-hal yang penting ini akan dibicarakan sepenuhnya kemudian, insya Allah; tetapi untuk saat ini saya harus berpuas diri dengan membuat catatan bahwa apa yang Nabi Jesus umumkan itu adalah bahwa Islam itulah Kerajaan Tuhan dan bahwa Nabi Muhammad saw itulah "Anak Manusia" itu, yang diangkat untuk memusnahkan Binatang dan untuk mendirikan Kerajaan yang kuat dari orang-orang Kudus dari Yang Maha Tinggi.

Hingga masa Jesus Kristus, agama Tuhan itu telah dikirimkan terutama bagi orang Israel; agama itu lebih nyata dan memiliki karakter nasional. Para ahli hukumnya, pendeta-pendeta, dan penulis-penulis telah mempreteli agama itu dengan literatur yang banyak dan bersifat takhayul tentang tradisi nenek moyang mereka. Kristus telah mencerca tradisi-tradisi itu, mengkritik orang Yahudi dan pemimpinnya sebagai orang munafik dan anak setan. Meskipun setan penyembahan berhala telah meninggalkan Israel, namun kemudian tujuh setan telah menguasai orang-orang itu (Matius xii. 43 – 45; Lukas xi. 24 – 26)

Kristus memperbaharui agama lama; memberinya hidup dan semangat baru kepadanya; beliau menerangkan dengan lebih khusus tentang hal keabadian jiwa manusia, kebangkitan kembali dan hidup di dunia sesudah yang sekarang ini; dan mengumumkan kepada publik bahwa Al Masih yang akan datang, yang diharapkan oleh orang Yahudi, bukanlah seorang dari bangsa Yahudi atau anak Daud, tetapi anak Ismail yang bernama Ahmad, dan bahwa beliau akan mendirikan Kerajaan Tuhan di muka bumi dengan kekuatan kalimat Tuhan dan dengan pedang. Dengan sendirinya agama Islam menerima hidup baru, cahaya baru dan semangat baru, dan para penganutnya dianjurkan dengan sangat agar menjadi orang-orang yang berserah diri, untuk menunjukkan toleransi dan kesabaran. Sebelum itu mereka telah diberi tahu akan adanya penindasan, kesengsaraan, kesyahidan, dan penjara. Orang-orang Nashara dari masa awal, sebagaimana Al Qur’an menyebut mereka yang percaya pada Kitab Injil Jesus, telah menderita sepuluh penindasan yang mengerikan di bawah kaisar Romawi. Kemudian datanglah kaisar Constantine dan mengumumkan kemerdekaan bagi gereja; namun sesudah putusan dan Kepercayaan akan Trinitas sesuai dengan hasil Konsili Nicea pada tahun 325 M, maka kaum Muslim Unitarian 2) dihadapkan pada penindasan baru dan lebih kejam oleh kaum Trinitarian hingga bangkitnya Nabi Muhammad saw.

3. SIFAT DAN KONSTITUSI KERAJAAN TUHAN
Ada seruan untuk melakukan sholat sebanyak lima kali dalam sehari dari menara dan dari mesjid di seluruh tempat di dunia ini di mana kaum Muslimin hidup. Seruan ini diikuti dengan pemujaan yang paling khidmat terhadap Allah oleh para pengabdinya yang setia. Seruan ini disebut "Adzan." Ini bukanlah segalanya; setiap kegiatan, perusahaan dan bisnis, betapapun pentingnya atau tidak pentingnya, dimulai dengan kalimat "Bismillaah" yang berarti "Dengan Asma Allah," dan diakhiri dengan "Alhamdulillaah" yang berarti "Puji dan syukur bagi Allah!" Ikatan keyakinan yang mengikat seorang Muslim kepada Rajanya yang Abadi begitu kuatnya, dan keakraban antara Yang Maha Kuasa dengan pengabdiNya begitu dekat, sehingga tidak ada satu apapun betapapun kuatnya atau menggiurkannya, yang dapat memisahkannya dengan Allah. Dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya.

Tak pernah ada pengikut favorit, dalam sentimen kasih sayangnya, kesetiaan, ketaatan, dan rasa hormat terhadap rajanya yang dermawan, yang pernah dapat menyamai sentimen semacam itu yang ditunjukkan oleh seorang Muslim terhadap Tuhannya. Allah adalah Pemilik Langit, Bumi dan Jagat Raya, Dia adalah Raja setiap Muslim khususnya, karena hanya seorang Muslim sendiri saja yang berterima kasih dan memuji Raja Yang Maha Kuasa untuk semua yang terjadi dan menimpanya, baik itu kebahagiaan maupun kemalangan.
Hampir sejumlah tiga ratus juta kaum Muslimin atau lebih diberkati dengan kemampuan memiliki perasaan keyakinan dan kepasrahan yang sama terhadap Allah.

Karena itu jelas bahwa sifat Islam itu terletak pada kenyataan bahwa Islamlah satu-satunya Kerajaan Teokratis yang nyata dan sesungguhnya di muka bumi ini. Allah tidak perlu lagi mengutus utusanNya atau nabiNya untuk menyampaikan wahyuNya kepada kaum Muslimin seperti biasa Dia lakukan terhadap orang Israel dan orang-orang Ibrani lainnya; karena kehendakNya telah sepenuhnya diungkapkan dalam Al Qur’an Suci dan tertanam dalam jiwa pemujaNya yang setia.

Mengenai formasi dan konstitusi Kerajaan Tuhan, antara lain yang berikut ini harus dicatat:

1. Semua kaum Muslimin membentuk sebuah nation, satu keluarga, dan satu persaudaraan. Tak perlu pembaca saya tahan untuk mempelajari berbagai ungkapan dari Al Qur’an dan Hadith mengenai hal ini. Kita harus menilai masyarakat Muslimin, tidak seperti adanya sekarang, tetapi seperti di saat hidup Nabi Muhammad saw dan para penggantinya (empat sahabat). Setiap anggota masyarakat ini adalah seorang pekerja yang jujur, seorang prajurit yang gagah berani, dan seorang beriman dan penganut yang penuh semangat. Semua hasil yang jujur dari jerih payah adalah secara hukum milik dia yang mengusahakannya; bagaimanapun hukum membuat tidak mungkin bagi seorang Muslim sejati menjadi terlalu kaya raya. Salah satu dari fondasi Islam adalah kewajiban untuk membayar zakat, yang terdiri dari sedekah dan zakat, atau zakat yang diserahkan secara sukarela dan zakat yang merupakan kewajiban. Dalam masa pemerintahan Nabi Muhammad saw dan kalifah pertama yang empat orang itu, tidak dikenal adanya seorang Muslim yang luar biasa kekayaannya. Kekayaan nasional itu untuk kas umum yang dikenal dengan baitul mal, dan tidak seorang Muslim pun dibiarkan kekurangan. Sebutan "Muslim" secara harfiah berarti pembuat perdamaian. Anda tidak pernah dapat menemukan mahluk lain yang lebih patuh, ramah tamah, tidak agresif dan sebagai warga negara yang cinta damai selain daripada seorang Muslim. Tetapi begitu agamanya, kehormatannya dan hak miliknya diserang, orang Muslim itu menjadi seorang musuh yang menakutkan lawan. Al Qur’an sungguh sangat tepat mengenai hal ini: "Wa la ta’tadu" atau "Dan engkau tidak boleh melampaui batas" (menjadi ofensif atau agresif). Jihad Suci bukanlah sebuah perang untuk menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri. Meskipun para perampok, suku-suku bangsa yang bersifat predator, kaum Muslimin yang nomadik dan bersifat agak barbar mungkin saja telah memiliki kepercayaan agama dan keyakinan akan adanya Allah, namun kekurangan pengetahuan dan pelatihan keagamaan agaknya menjadi sebab dasar kelemahan dan kebobrokan akhlak mereka itu. Mereka adalah perkecualian. Seseorang tidak pernah dapat menjadi seorang Muslim yang baik tanpa pelatihan dan pengajaran keagamaan.

2. Menurut deskripsi Nabi Daniel, warga negara Kerajaan Tuhan itu ialah "Orang-Orang Kudus." Dalam teks asli Kaldea atau Aramiah mereka digambarkan sebagai "A’mma d’qaddishid’ I’lionin," sebuah gelar yang hanya pantas bagi seorang Pangeran Para Nabi dan tentaranya yang mulia Muhajirin dan Ansharin, yang membongkar penyembahan berhala dari sebagian besar benua Asia dan Afrika dan membinasakan Binatang Romawi. Semua kaum Muslimin yang percaya akan Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab SuciNya dan Nabi-NabiNya, Hari Kebangkitan dan Pengadilan; bahwa semua kebaikan dan kejahatan adalah milik Allah; dan mengamalkan perintah dan laranganNya menurut kemampuan masing-masing dan dengan sangka baik, adalah orang-orang kudus dan warga negara yang diberkati dalam Kerajaan Tuhan. Tidak ada kebodohan yang lebih besar dalam agama selain daripada kepercayaan bahwa ada pribadi yang disebut Ruh Suci yang memenuhi hati mereka yang telah dibaptis dengan nama tiga tuhan, masing-masing yang ketiga dari tiga atau tiga dari yang ketiga, dan dengan demikian memberkati mereka yang beriman (pada Ruh Suci yang demikian itu - pent.)dalam kemustahilan mereka. Seorang Muslim percaya bahwa bukan hanya ada satu Ruh Suci, tetapi tak terhitung banyaknya ruh suci yang semuanya diciptakan oleh dan menjadi pembantu-pembantu Allah Yang Esa. Kaum Muslimin diberkati bukan dengan cara dibaptis atau dibersihkan, tetapi jiwanya dimurnikan dan dibersihkan dengan cahaya iman dan dengan api gairah dan keberanian untuk mempertahankan dan berjuang untuk keyakinan itu. Yahya Pembaptis, atau mungkin Kristus sendiri (menurut Injil Barnabas) mengatakan: "Aku baptiskan engkau dengan air pada pertobatan(mu), tetapi dia yang datang sesudah aku, dia lebih kuat daripada aku; dia akan membaptis engkau dengan api dan dengan ruh suci." Api inilah dan ruh inilah dengan mana Nabi Muhammad saw telah membaptis para nomad yang semi barbar, orang-orang kafir penyembah barhala, dan mengubah mereka menjadi satu pasukan orang-orang kudus yang heroik, yang telah mengubah kuil-kuil Yahudi (sinagog) yang tua dan memudar serta gereja-gereja yang karatan menjadi sebuah Kerajaan Allah yang permanen dan kuat di tanah yang dijanjikan dan tempat-tempat lainnya.

4. KEABADIAN DAN MARTABAT KERAJAAN ALLAH
Dua kali Malaikat meyakinkan Daniel tentang hal ini. Disebutkan bahwa "semua bangsa di bawah langit akan mengabdi Orang-Orang Kudus milik Yang Maha Tinggi." Tidaklah memerlukan bukti untuk mengatakan bahwa semua Kekuasaan Kristen menunjukkan kekaguman yang khusus, dan bahkan rasa hormat bila perlu, bukan saja kepada Kekuasaan Orang-Orang Muslim, tempat-tempat suci orang Muslim dan mesjid-mesjid, tetapi juga kepada lembaga-lembaga lokal dari orang-orang Muslim yang ada di bawah kekuasaannya. Rahasia dari "servis" ini adalah: pertama-tama, orang-orang Muslim selalu mengundang kekaguman dan rasa takut melalui tingkah laku mereka yang penuh martabat, keterikatan pada agama mereka dan kepatuhan terhadap hukum yang adil, dan kedamaian mereka; dan kedua, karena pemerintahan Kristen biasanya memperlakukan orang-orang Muslim dengan keadilan dan tidak mencampuri hukum dan agama mereka.
Ruangan tidak mengizinkan kita untuk memperluas pengamatan kita mengenai hal lain-lainnya dari Agama dan Kerajaan Suci ini, seperti misalnya Kalifah-Kalifah Islam, Sultan-Sultan, dan sebagainya. Cukuplah untuk mengatakan bahwa Penguasa Muslim tunduk pada hukum-hukum Al Qur’an yang sama sebagaimana anggota rekan semasyarakat lainnya; bahwa keadilan dan kesopanan adalah jaminan terbaik bagi kesejahteraan dan stabilitas setiap negara, Muslim atau non-Muslim; dan bahwa semangat dan prinsip-prinsip Kitab Allah adalah petunjuk terbaik untuk seluruh perundang-undangan dan sivilisasi.

Catatan kaki
(1) Dalam bahasa Ibrani Imam zaman dulu disebut Cohen, dan oleh orang Kristen diganti dengan "priest’ atau pendeta. Seorang imam Yahudi tidak pernah dapat diidentifikasikan dengan seorang pendeta Sakramen Kristen.
 (2) Jesus Kristus tidak pernah menyetujui para pengikutnya untuk menamakan diri mereka sendiri dengan "orang-orang Kristen". Tidak ada gelar lain yang lebih baik bagi kaum Unitarian selain daripada "Muslim."


bersambung ...

Diambil dari :
"WHAT EVERY CHRISTIAN AND JEW SHOULD KNOW"
Oleh :
PROFESOR DAVID BENJAMIN KELDANI, B.D.
Alih Bahasa Oleh :
H.W. Pienandoro SH

Sumber :
website milik HIRA AL KAHFI dengan alamat :
http://www.mosque.com/goodial.html

Versi CHM diambil dari situs :
http://www.pakdenono.com


Posting by Mohammad Nurdin

1 komentar:

  1. Kita menghendaki kebangkitan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. Kebangkitan yang dibenci oleh orang-orang kafir, fasik, munafik, dan para thaghut. Kebangkitan yang membuang representasi kekufuran, kezaliman, kefasikan dan kejahatan untuk menjadikan kita sebagai sebaik-baik umat manusia, kokoh dengan pertolongan Allah dan mendapat penguatan dan bantuan-Nya.

    BalasHapus