Cari Blog Ini

Sabtu, 19 November 2011

NABI-NABI SEJATI HANYA MENGAJARKAN ISLAM

 Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS 2 : 130-132)

Para Nabi dan Rasul Allah hanya mengajarkan Islam kepada umatnya. Tulisan di bawah ini dikutip dari tulisan Profesor David Benjamin Keldani B.D (seorang mantan Uskup Katholik dari Uramiah, Kaldea). Berikut tulisan beliau.

Tidak ada bangsa yang dikenal dalam sejarah seperti bangsa Israel, yang dalam kurun waktu kurang dari empat ratus tahun telah ditundukkan oleh banyak sekali nabi-nabi palsu, tak terhitung lagi (banyaknya) tukang-tukang tenung, peramal-peramal dan segala macam persihiran dan tukang-tukang sulap. Nabi-nabi palsu itu ada dua macam: mereka yang mengakui agama dan Kitab Taurat dari Yahweh dan berpura-pura meramal atas NamaNya, dan mereka yang dengan di bawah lindungan raja Israel penyembah berhala meramal atas nama Baal atau dewa-dewa lainnya dari bangsa-bangsa tetangga yang juga kafir musyrik. Dalam golongan pertama terdapat beberapa peniru (nabi) yang sezaman dengan nabi-nabi sejati seperti Mikha (Micah) dan Jeremiah, dan dalam golongan kedua terdapat mereka yang menimbulkan banyak kesulitan bagi Eliyah, dan menyebabkan pembantaian nabi-nabi sejati dan orang-orang beriman dalam masa pemerintahan Ahab dan isterinya Jezebel. Yang paling berbahaya dari semua itu terhadap jalan keyakinan dan agama yang sesungguhnya adalah nabi-nabi palsu yang melaksanakan upacara-upacara suci di kuil maupun Mispha dan berpura-pura memberikan firman Tuhan kepada manusia. Barangkali tidak ada nabi yang menerima lebih banyak penindasan dan kesukaran di tangan para peniru ini selain daripada Nabi Jeremiah.

Semasa masih muda, Jeremiah memulai tugas-tugas kenabiannya kira-kira pada kwartal akhir dari abad ke tujuh sebelum Masehi, ketika Kerajaan Judah dalam bahaya besar penyerbuan oleh tentara dari Kaldea. Orang-orang Yahudi telah bersekutu dengan Fir’aun dari Mesir, tetapi karena Fir’aun ini telah mengalami kekalahan buruk dari tentara Nebukadnezar, maka nasib buruk Jeruzalem adalah hanya soal waktu saja. Dalam hari-hari yang kritis ini, selama masa mana nasib dari sisa-sisa hamba-hamba Allah akan ditentukan, Nabi Jeremiah dengan tegar memberi nasehat kepada raja dan para pemimpin orang-orang Yahudi untuk menyerah dan mengabdi pada Raja Babilon, supaya Jeruzalem bisa diselamatkan dari dibakar habis jadi abu serta orang-orang Yahudi diselamatkan dari deportasi sebagai orang tawanan. Beliau mencurahkan semua ceramahnya yang vokal dan berapi-api ke telinga raja-raja, pendeta-pendeta, dan tetua-tetua masyarakat, tetapi semua sia-sia. Beliau menyampaikan firman demi firman Tuhan, dengan mengatakan bahwa satu-satunya jalan menyelamatkan negeri dan penduduknya dari pemusnahan yang mengancam ialah menyerah kepada orang-orang Kaldea; namun tiada seorang pun sudi mendengar peringatan itu.

Nebukadnezar datang dan mengambil alih kota, membawa pergi rajanya, pangeran-pangeran, serta banyak tawanan, demikian pula seluruh kekayaan dari kuil termasuk bejana-bejana emas dan perak. Seorang pangeran lain, pangeran yang ketiga, diangkat oleh Kaisar Babilon untuk memerintah sebagai budaknya di Jeruzalem. Raja ini, bukannya menjadi bijak dan setia kepada penguasa Babilon tetapi bahkan memberontak terhadapnya. Tanpa henti Jeremiah menasehati raja untuk tetap setia dan meninggalkan kebijakan (persekutuan dengan) Mesir. Namun nabi-nabi palsu terus saja berceramah dengan bombastis di kuil dengan berkata: "Demikianlah Tuhan Rumah Allah itu berfirman , Lihatlah, Aku telah mematahkan simpul Raja Babilon, dan dalam waktu dua tahun semua tawanan orang Yahudi dan bejana-bejana Rumah Tuhan akan dikembalikan ke Jeruzalem." Jeremiah membuat simpul dari kayu dan dikalungkan di lehernya dan pergi ke kuil serta memberi tahu orang-orang bahwa Tuhan telah merasa senang meletakkan simpul raja Babilon seperti ini pada leher semua orang Yahudi. Beliau dipukul mukanya oleh salah satu nabi lawannya yang mematahkan simpul kayu itu dari leher Jeremiah serta mengulangi lagi khotbah bombastis dari nabi-nabi palsu. Jeremiah dimasukkan ke dalam sel yang penuh dengan lumpur, dan hanya diberi makan dengan sebuah roti kering yang terbuat dari barley setiap hari hingga terjadi kelaparan di kota itu, yang diserang oleh orang-orang Kaldea. Nabi palsu Hananiah meninggal seperti diramalkan oleh Jeremiah. Dinding kota itu diruntuhkan di suatu tempat, dan tentara yang menang itu menyerbu masuk kota, Raja Zedekiah yang melarikan diri dan orang-orang yang besertanya ditangkap dan dibawa ke raja Babilon. Kota dan kuil itu sesudah dijarah lalu dibakar dan semua penduduk Jeruzalem dibawa pergi ke Babilon; hanya orang dari kelas miskin yang ditinggalkan untuk mengusahakan tanah. Atas perintah Nebukadnezar, Jeremiah diizinkan tinggal di Jeruzalem dan gubernur yang baru diangkat Gedalliah diberi tugas untuk menjaga dan mengurusi nabi itu. Tetapi Gedalliah telah dibunuh oleh orang Yahudi yang berontak, dan mereka kemudian lari ke Mesir dengan membawa Jeremiah beserta mereka. Bahkan di Mesir pun beliau meramal hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan para pelarian dan orang-orang Mesir. Beliau pastilah sudah mengakhiri hidupnya di Mesir.

Kitabnya, seperti adanya sekarang, sangat berbeda dengan teks Septuagint (Bible versi Latin): terbukti bahwa copy dari mana Septuagint itu ditulis oleh para penterjemah dari Aleksandria mempunyai urutan pasal yang berbeda.

Para pengritik Injil menganggap bahwa Jeremiah adalah penulisnya, atau, bagaimanapun juga, seorang penyusun (compiler) dari Kitab ke lima dari Pentateuch yang disebut Deuteronomy (Ulangan). Saya sendiri beranggapan sama bahwa Jeremiah adalah seorang Levi dan seorang pendeta juga seorang nabi. Banyak sekali ajaran dari Jeremiah dalam Deuteronomy yang tidak dikenal dalam bagian lainnya dari tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Dan saya mengambil satu ajaran dari ajaran-ajaran itu untuk pokok pembicaraan sekarang ini, yang saya anggap sebagai satu dari permata atau teks emas dari Perjanjian Lama dan harus dihormati sebagai sangat berharga dan suci.

Sesudah pembicaraan yang rinci ini saya segera kembali pada pokok masalah yang telah saya pilih sebagai judul dari artikel ini: Bagaimana membedakan seorang nabi asli dari seorang nabi palsu, Jeremiah telah memberikan kepada kita jawaban yang secara wajar memuaskan, yaitu:

"NABI YANG HANYA MENGAJARKAN ISLAM"
Dalam Kitab Deuteronomy (xiii. 1 – 5, xviii. 20 – 22) Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan beberapa perintah tentang nabi-nabi palsu yang mungkin meramal dengan atas nama Tuhan dan dengan cara yang demikian tersembunyi dan membahayakan sehingga bisa menyesatkan ummatNya. Selanjutnya, beliau menceriterakan kepada kita cara terbaik untuk mengetahui kecurangan si peniru adalah mengantisipasi terpenuhinya ramalan dia, dan kemudian menghukum mati dia jika tipuannya terbongkar. Namun seperti diketahui dengan baik, orang-orang bodoh tidak dapat membedakan antara nabi asli dengan peniru, persis seperti sekarang ini di mana tidak dapat menemukan dengan pasti mana dari yang dua ini, pendeta Katholik Roma atau pendeta Calvinist sebagai pengikut asli dari Jesus Kristus! Nabi palsu juga akan meramal peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, membuat keajaiban, dan melaksanakan hal-hal religius sama –setidak-tidaknya pada penampilan – dengan yang dilakukan oleh mereka yang nabi asli. Persaingan antara Nabi Musa dan para ahli sihir di Mesir adalah suatu ilustrasi yang tepat dari pernyataan ini. Jadi Jeremiah itulah yang telah memberi kita cara terbaik untuk menguji kebenaran, keaslian dari seorang nabi, dan cara itu adalah pertanda Islam. Silahkan baca seluruh pasal xxviii. dari Jeremiah, dan kemudian periksalah dan renungkanlah ayat ke 9:
"Nabi yang meramalkan Islam (shalom), pada saat kehadiran perkataan Nabi, Nabi itu akan diakui sebagai telah diutus oleh Tuhan dengan sebenarnya." (Jeremiah xxviii. 9)
Terjemahan ini adalah benar-benar harfiah. Kata aslinya naba, biasanya diterjemahkan sebagai: "meramal" (to foretell atau to prophesy), dan kata benda nabi, "a prophet" memberikan kesan bahwa seorang prophet adalah seorang yang meramalkan masa depan atau menceriterakan peristiwa masa lampau dengan bantuan wahyu suci. Definisi ini hanya sebagian saja yang benar. Definisi lengkap dari kata "Prophet" haruslah: "seorang yang menerima wahyu atau pesan dari Tuhan, dan menyampaikan wahyu atau pesan itu dengan setia kepada orang atau ummat yang dituju." Jelas bahwa sebuah pesan suci tidak usah harus berarti ramalan tentang peristiwa yang lalu atau yang akan datang. Dengan cara yang sama kata "prophesy" tidak usah harus berarti mengungkapkan peristiwa masa lalu atau yang akan datang, tetapi lebih kearah berkhotbah atau mengumumkan pesan Tuhan. Dengan sendirinya "to prophesy" adalah menyampaikan dan mengucapkan sebuah wahyu baru, yang sifat dan karakternya sangat immaterial (tidak berwujud secara fisik). Membaca kalimat-kalimat seorang nabi adalah sebagai meramal yang tidak lebih daripada saat seorang nabi menyampaikan sebuah wahyu ketika berceramah atau berpidato atas kehendaknya sendiri. Di dalam Al Qur’an Tuhan memerintahkan hambaNya yang dicintaiNya Nabi Muhammad saw untuk menyatakan: "Aku hanya seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Satu…" (Q.18 : 110) sehingga kita bisa berhati-hati untuk tidak memberikan atribut kepada seorang nabi yang manapun suatu kualitas mengetahui atau mengatakan semua apapun melalui wahyu. Wahyu Suci itu datangnya biasanya berselang seling dengan waktu, sementara para nabi dalam pergaulan pribadi mereka dan pengetahuannya mungkin bertanggung jawab atas kesalahan dan kekeliruannya. Seorang nabi tidak diangkat oleh Tuhan untuk mengajarkan ummat manusia ilmu alam, matematika, atau ilmu pengetahuan positif lainnya. Akan sangat tidak adil bagi kita untuk mencela seorang nabi untuk suatu kesalahan bahasa atau suatu kesalahan yang dilakukan olehnya sebagai seorang manusia.

Karena itu seorang Nabi adalah sebuah subyek untuk diuji atau diperiksa hanya jika secara resmi dan formal beliau menyampaikan Firman yang telah beliau terima dari Tuhan. Urusan pribadinya, hal-hal mengenai keluarganya, dan hasil karya personalnya tidak menjadi perhatian kita sebanyak perhatian kita pada misi dan tugasnya. Untuk dapat mengetahui apakah seorang nabi itu asli atau seorang peniru, tidaklah adil memberikan keputusan yang bertentangan dengan karakter kenabiannya hanya karena seorang nabi telah bersikap sedikit keras atau kasar kepada ibunya, atau karena seorang nabi telah percaya akan inspirasi harfiah dan Pentateuch adalah tulisan Nabi Musa. Sementara membuat observasi ini, dalam benak saya terpikir masalah Jesus Kristus, dan banyak lainnya lagi yang ada dalam sejarah Israel di pihak lain .

Adalah mala fides dan jahat untuk menuduh nabi-nabi mengenai masalah sensualitas, kekasaran, kebodohan dalam ilmu, dan kelemahan personal lainnya. Mereka adalah manusia seperti halnya kita sendiri dan pasti tidak luput dari kecenderungan alamiah dan nafsu yang sama dengan kita. Mereka dilindungi dari dosa-dosa temporal dan dari penyelewengan firman-firman yang harus mereka sampaikan. Kita harus benar-benar berhati-hati untuk tidak terlalu tinggi menempatkan seorang nabi Tuhan dalam imajinasi kita, jika tidak demikian pastilah Tuhan tidak senang terhadap kita. Mereka semua adalah mahluk-mahlukNya dan para pemuja-pemuja Tuhan; mereka menyelesaikan kewajibannya dan kembali kepada Tuhannya. Pada saat kita melupakan Tuhan dan memfokuskan cinta kita dan kekaguman kita terhadap pribadi para utusan Tuhan yang manapun saja dia, maka kita ada dalam bahaya jatuh ke dalam dosa menyekutukan Tuhan (polytheisme).
Sesudah sekian jauh menerangkan sifat dan arti nabi dan pernubuahan (prophesy), saya kini akan mencoba untuk membuktikan bahwa tidak ada nabi dapat menjadi asli kecuali, seperti dengan jelas disebutkan oleh Nabi Jeremiah, beliau berkhotbah dan menyiarkan agama Islam.

Agar dapat mengerti lebih baik logika dan arti penting pasal-pasal yang sedang kita bicarakan ini, kita harus melihat selintas ayat yang lalu di mana Jeremiah berkata kepada musuhnya Nabi Hannaniah: "Nabi-nabi sebelum aku dan kamu dari masa lalu telah bernubuah yang berkenaan dengan banyak negeri, banyak kerajaan besar, tentang perang dan kejahatan dan wabah," Kemudian beliau melanjutkan:
"Nabi yang meramal tentang Islam segera setelah kalimat nabi itu datang, nabi itu diketahui sebagai telah diutus dengan sebenarnya oleh Tuhan."
Tidak ada keberatan serius yang diajukan tentang versi Inggris dari pasal ini dengan mengecualikan anak kalimat "I shalom" yang telah saya terjemahkan dengan "tentang Islam". Preposisi " I " sebelum "shalom" berarti "mengenai" atau "tentang", dan menempatkan subyek sebagai penderita kalimat (obyek) dan tidak dalam posisi dative, seperti halnya bila sebutan (predikat) adalah sebuah kata kerja (verb) seperti "datang", "pergi" atau "memberi".
Bahwa "shalom" dan bahasa Syriac "Shlama" maupun bahasa Arab "salam" dan "Islam" berasal dari satu akar kata yang sama dalam bahasa Semit, "shalam" dan mempunyai arti yang sama, adalah suatu kebenaran yang telah diterima oleh semua pakar bahasa-bahasa Semit. Kata kerja "shalam" mempunyai arti "menyerahkan diri, (to submit, to resign oneself to)", dan kemudian "membuat perdamaian (to make peace)", dan dengan sendirinya "menjadi aman, sehat, dan tenang (to be safe, sound and tranquil)". Tidak ada sistim agama di dunia ini yang pernah dikualifikasikan dengan nama yang lebih baik, lebih komprehensif, lebih dihargai dan luhur selain daripada Islam. Agama sejati dari Tuhan Sejati tidak bisa diberi nama dengan nama siapapun dari para pemujaNya (Kristen,- pent.), dan lebih lagi tidak dari nama bangsa atau negara (Judaisme,-pent.). Sesungguhnyalah kesucian dan kesakralan kata "Islam" inilah yang menghantam lawannya dengan menimbulkan kekaguman, ketakutan dan rasa hormat bahkan sekalipun bila orang-orang Islam itu dalam keadaan lemah dan tidak berbahagia. Adalah nama dan gelar dari sebuah agama yang mengajarkan dan memerintahkan penyerahan dan kepasrahan kehendak dan diri yang mutlak kepada Yang Maha Adi, dan selanjutnya memperoleh kedamaian dan ketenangan dalam jiwa dan di rumah, tidak peduli penderitaan atau nasib jelek yang mungkin mengancam kita yang menyebabkan lawan-lawannya merasa kagum. 1)

Adalah keyakinan yang mantap dan tak tergoyahkan dalam Keesaan Allah dan kepercayaan yang tak terbelokkan akan rahmatNya dan keadilan yang membuat seorang Muslim dapat dibedakan dan menonjol di antara orang-orang non-Muslim. Dan keyakinan yang mantap pada Allah serta keterikatan yang tulus pada Kitab Suci Al Qur’an dan NabiNya itulah yang misi-misi Kristen dengan putus asa telah menyerangnya namun gagal tanpa harapan. Dengan itu, perkataan Jeremiah bahwa: "Nabi yang bernubuah, yang menyiarkan dan berbicara tentang urusan Islam sebagai agamanya, dengan segera beliau akan diketahui sebagai telah diutus dengan sesungguhnya oleh Tuhan. Karena itu marilah kita mempertimbangkan dengan serius yang berikut ini:

1.    Nabi Jeremiah adalah satu-satunya Nabi sebelum Jesus Kristus yang menggunakan kata "shalom" dalam arti agama. Beliau adalah satu-satunya Nabi yang menggunakannya dengan tujuan untuk menentukan atau membuktikan kebenaran seorang utusan Tuhan. Menurut wahyu Al Qur’an, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa dan semua Nabi adalah orang-orang Muslim, dan mengakui Islam sebagai agamanya. Istilah "Islam" and padanannya (ekivalen) "Shalom" dan "Shlama" diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Kristen di Mekkah dan Medinah ketika Nabi Muhammad saw muncul untuk menyempurnakan dan menjadikan Islam sebagai agama universal. Seorang Nabi yang meramalkan "perdamaian" sebagai sesuatu yang abstrak, kabur dan bersifat sebagai kondisi sementara, tidak akan dapat berhasil membuktikan identitasnya dengan cara begitu itu. Dalam kenyataannya, hal yang dipersengketakan atau lebih baik masalah nasional yang kritis, yang ditentang oleh dua nabi menonjol yang dikenal oleh pengadilan dan bangsa, seperti Jeremiah dan Hananiah (Jeremiah xxviii.), tidak dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan pasti, dengan cara pengakuan masalah yang satu dan di lain pihak mengingkari masalah yang lain. Untuk menubuahkan "perdamaian" oleh Jeremiah ketika beliau selama hidupnya telah secara terus menerus menubuahkan bencana besar nasional – baik dengan cara agar Raja Sidaqia menyerahkan diri kepada kekuasaan Kaldea, atau dengan cara melawannya – bukan saja akan menyangkut kegagalannya, untuk tidak berbicara tentang keberhasilannya dalam membuktikan kebenarannya, tetapi juga hal itu akan membuatnya bahkan lebih bodoh. Karena, dalam hal yang manapun, "perdamaian" yang diduganya akan berarti bukan suatu perdamaian sama sekali. Sebaliknya, bila orang-orang Yahudi melawan tentara Kaldea, itu berarti kehancuran total seluruh bangsa, dan bila mereka menyerah, adalah suatu penyerahan total tanpa syarat apapun. Nyatalah karena itu, bahwa Jeremiah menggunakan istilah "Shalom" dalam artian sistim agama yang nyata, kongkrit dan sesungguhnya yang dimiliki oleh Islam. Untuk membuat lebih jelas, kita harus dengan penuh perhatian mendengarkan argumen dari dua nabi yang berlawanan yang membicarakan dan mempersengketakan masalah nasional yang dihadiri oleh raja yang jahat dan pengadilannya yang terdiri dari penjilat-penjilat yang jahat dan orang-orang munafik yang buruk moral. Pada dirinya Jeremiah memiliki jalan Tuhan dan agama damaiNya, dan demi kepentingan vital agama damai atau Islam, beliau menganjurkan raja jahat itu dan seluruh anggota istananya untuk menyerah pada kekuasaan Babilon dan mengabdi pada orang Kaldea dan hidup. Karena tidak ada pilihan lain yang terbuka bagi mereka. Mereka telah meninggalkan Tuhan nenek moyangnya, mengotori Rumah Tuhan, memalsukan dan mencerca nabi-nabiNya, dan melakukan kejahatan dan pengkhianatan (2 Chronicle xxxvi, etc.). Jadi Tuhan menyerahkan mereka ke tangan raja Nebukadnezar dan tidak akan menyelamatkan mereka. Untuk pengabdi Tuhan yang sejati dengan tulus, agama itu menjadi hal yang pertama dan bangsa itu yang kedua. Pemerintahan dan bangsa itu – terutama bila mereka sudah melupakan Tuhan – yang harus dikorbankan untuk alasan agama, dan bukan sebaliknya! Nabi lain Gibeon, yang disebut Hananiah, berusaha menyenangkan sang raja tuannya; beliau adalah anggota istana dan termasuk orang yang dikasihi, kaya dan megah, sementara lawannya selalu membusuk dan kelaparan dalam penjara dan sel. Beliau tidak peduli akan hal-hal yang berguna untuk menyegarkan agama dan kesejahteraan rakyat yang sebenarnya. Beliau juga seorang nabi, karena demikianlah kata Kitab Jeremiah, namun beliau adalah seorang yang jahat, dan telah menukar Tuhan dengan seorang raja yang buruk moral. Beliau meramal juga atas nama Tuhan yang sama sebagaimana Jeremiah meramal, menyatakan kembalinya barang rampasan perang dan tawanan dari Babilon dalam waktu dua tahun.

Nah dari deskripsi yang tidak sempurna tentang dua nabi itu, nabi mana yang anda kualifikasikan sebagai pengabdi Tuhan yang sejati dan sebagai pembela setia atas agama Tuhan? Tentu saja Jeremiah dengan segera akan menarik simpati dan pilihan anda.

2.    Hanyalah agama Shalom, Islam, yang dapat membuat kesaksian akan karakter dan tugas dari seorang nabi sejati, Imam, atau setiap utusan Allah di bumi ini. Tuhan itu Esa, dan agamaNya juga Satu. Tidak ada agama lain di dunia seperti Islam, yang mengakui dan membela Keesaan yang mutlak dari Tuhan. Karena itu, barang siapa yang mengorbankan kepentingan-kepentingan lainnya, kehormatan dan cinta kasih untuk alasan agama suci ini, tidak diragukan bahwa dia adalah nabi asli dan dan utusan Allah. Namun masih ada satu hal lagi yang lebih perlu perhatian kita, dan hal itu ialah: jika agama Islam bukan suatu standar dan ukuran dengan mana dilakukan uji kebenaran seorang nabi atau utusan Tuhan, maka tidak ada kriteria lain untuk menjawab masalah itu. Sebuah keajaiban bukan selamanya suatu bukti yang cukup, karena tukang sihir juga membuat hal-hal aneh. Pemenuhan suatu nubuah atau ramalan juga sendirinya bukan suatu bukti yang mencukupi; maka sebagaimana suatu Ruh suci mengungkapkan peristiwa yang akan datang kepada seorang nabi sejati, begitu pula kadang-kadang ruh jahat itu melakukan hal yang sama kepada seorang peniru. Dari sini jelas bahwa nabi yang "bernubuah tentang Shalom – Islam – sebagai nama sebuah Keyakinan dan jalan hidup, segera setelah beliau menerima wahyu dari Tuhan maka akan diketahui bahwa beliau itu utusan Tuhan." Yang begitu itu adalah argumen yang dipergunakan oleh Jeremiah terhadap jemaahnya yang ingin beliau yakinkan mengenai kepalsuan Hananiah. Namun raja yang jahat dan para pengikutnya tidak mau mendengarkan dan mematuhi perintah Tuhan itu.

3.    Seperti telah diperdebatkan dalam paragraf terdahulu, haruslah dicatat bahwa baik pemenuhan suatu nubuah maupun keajaiban yang terjadi tidak cukup untuk membuktikan sifat kesejatian seorang nabi; bahwa kesetiaan dan kepatuhan yang ketat kepada agama adalah bukti yang terbaik dan paling menentukan untuk maksud penentuan palsu tidaknya seorang nabi; bahwa Shalom dipakai untuk menyatakan agama perdamaian. Sekali lagi kami ulangi penegasan kami bahwa Shalom tidak lain adalah Islam. Dan kami ingin agar mereka yang keberatan terhadap interpretasi ini supaya memberikan kata lain dalam bahasa Arab di luar Islam dan Salam sebagai padanan (ekivalen) dari Shalom, dan juga untuk menemukan bagi kami kata lain dalam bahasa Ibrani di samping Shalom yang akan dapat menyampaikan dan menyatakan arti yang sama seperti Islam. Tidak mungkin anda menghasilkan padanan kata yang demikian itu. Karena itu kita terpaksa harus mengakui bahwa Shalom adalah sama seperti "salam" atau "damai" dalam arti kata abstrak, dan "Islam" sebagai agama dan keyakinan dalam arti kata kongkrit.

4.    Seperti diingatkan kepada kita oleh Al Qur’an dalam surat 2 Al Baqarah bahwa Ibrahim dan anak-anak laki-lakinya dan cucu-cucu laki-lakinya adalah penganut Islam; bahwa mereka bukan Yahudi dan bukan Nasrani; bahwa mereka berdakwah dan menyiarkan pemujaan dan keyakinan terhadap Satu Tuhan kepada semua orang yang mereka kunjungi atau di mana mereka berdiam, kita harus mengakui bahwa bukan saja orang Yahudi, tetapi beberapa bangsa lain yang berasal dari anak-anak laki-laki lainnya dari Ibrahim serta banyak suku bangsa yang telah pindah agama dan meleburkan diri ke dalam keturunan Ibrahim itu, juga sebagai pemeluk agama Islam; yaitu orang yang beriman pada Allah dan berserah diri kepada kehendakNya. Ada orang-orang Esau, kaum Edomit, kaum Midian dan banyak lagi orang-orang yang berdiam di Arabia yang mengenal Tuhan dan memujanya seperti orang-orang Israel. Orang-orang ini juga mempunyai nabi-nabinya sendiri dan pembimbing agama seperti Nabi Ayyub, Nabi Syu’aib (mertua Nabi Musa), Nabi Balaam, Nabi Hud, dan lain-lain. Namun, seperti halnya orang Yahudi, mereka telah menjadi penyembah berhala hingga berhala-berhala itu disapu bersih oleh Pangeran dari para Nabi. Kira-kira dalam abad ke V sebelum Masehi orang Yahudi membuat bagian yang lebih besar dari buku-buku suci mereka dalam Perjanjian Lama, ketika ingatan atas penaklukan tanah Kanaan oleh Joshua, kuil dan Jeruzalemnya Suleiman merupakan peristiwa lampau yang telah terpendam dalam kurun waktu yang telah berlalu dalam sejarah mereka yang mengagumkan. Semangat keprihatinan dan penyendirian yang nasionalistik dan Judaistik menguasai sebagian sisa orang-orang Israel; kepercayaan akan datangnya seorang Penyelamat agung untuk mengembalikan tahta dan mahkota Daud yang telah hilang mendominasi, dan arti kata lama "Shalom" sebagai nama agama Ibrahim dan umum bagi orang-orang yang berbeda-beda dari keturunan Ibrahim telah tidak diingat lagi. Dari sudut pandang inilah bahwa saya beranggapan pasal-pasal Jeremiah sebagai salah satu teks emas dalam hukum suci Ibrani.
 
Catatan kaki
1.Menarik dan memiliki arti untuk dicatat betapa observasi dari profesor terpelajar ini sesuai dengan observasi mantan Kaisar Jerman yang dalam kesempatan merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh puluh di Doorn, Belanda, dilaporkan sebagai telah mengatakan dalam pidatonya: " Dan ketahuilah hal ini – seandainya orang-orang Islam pernah memikirkan gagasan, bahwa adalah perintah Allah untuk membawa ketertiban di dalam masyarakat Barat yang sedang merosot, dan menundukkan mereka pada kehendakNya, maka – dengan percaya pada Tuhan – mereka akan datang kepada orang-orang Eropa yang tidak lagi bertuhan seperti gelombang pasang, terhadap mana bahkan kaum Bolshevik yang paling merah sekalipun, yang penuh dengan keinginan untuk menghadapinya, akan tidak berdaya". (Evening Standard, London, Januari 1929)

Sumber : Prof. David Benjamin Keldani B.D, What Every Christian & Jew Should Know : Tentang Sang Pencipta, Kitab Suci, Dan Nabi-nabi, Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH
Website : http://www.oocities.org/hwpienesha/
di download dari : www.pakdenono.com
http://www.mosque.com/goodial.html


Posting by Mohammad Nurdin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar